Minggu, 17 Maret 2013

Contoh Kajian Tematik pada Puisi Jawa (Geguritan)



KERUKUNAN
Kaya unine siter
Senajan saka senar kang beda
Nuwuhke endahe suwara
Yen kabeh yaga kudu nyuwara
Tanpa genti-genten menehei kalodhangan liyan
Ora bakal nuwuhake lagu
Kang kepenak dirungu

Kaya kartika ing angkasa
Nduweni papan kang merdika
Kaya rembulan lan bagaswara
Ngayahi jejibahan kang ora mesthi padha

Kaya driji-driji tangan
Yen salah sawijine sulaya
Ora bakal duwe kekuwatan

Kerukunan iku kaya hawa
Mlebu-metu bolongane grana
Senajan ora ngawistara
Nggawa irama
Sunardi KS
  Penyair           : Sunardi KS
  Sumber           : Majalah JAYABAYA edisi  4, Minggu Pahing 23 Desenber 2001
5 Rejeb : 1934 Je
Wuku    : Galungan
Windu   : Adi Masa ka IV
  Isi      : Puisi (geguritan) yang berjudul “Kerukunan” karya Sunardi KS tersebut berisi   mengenai rasa kasih sayang dan kerukunan  yang dimiliki oleh manusia. Meskipun manusia itu terlahir berbeda-beda, tetapi dapat menumbuhkan kedamaian jika kita saling kasih mengasihi. Tidak akan tercipta kedamaian jika kita tidak memikirkan sesama dan hanya memikirkan kepentingan pribadi. Hidup ini diibaratan seperti bintang dilangit yang selalu penuh keindahan. Dan bagaikan bulan dan matahari yang meskipun fungsinya berbeda tetapi senantiasa saling bergantian tanpa berseteru. Indahnya kerukunan itu juga diibaratkan bagaikan jari jemari tangan manusia yang selalu melekat dan bersama. Apapila salah satu terluka maka tidak akan berfungsi secara sempurna. Begitu juga dengan kerukunan, apabila masih terdapat egoisme didalam hubungan antar manusia maka yang terjadi perpecahan. Maka dari itu kerukunan dan rasa kasih sayang antar manusia itu sangatlah penting karena manfaatnya sangat indah.
  Komentar         : Secara tematik atau secara struktur batin puisi, puisi (geguritan) “Kerukunan” tersebut adalah sebagai berukut :
1.       Tema (sense)         :
Tema dari puisi (geguritan) diatas adalah “kemanusiaan”. Hal ini dikarenakan isi , inti dan yang menjadi pokok pikiran dari puisi (geguritan) tersebut adalah tantang rasa kasih sayang sesama manusia. Penyair membuat paradigma bahwa sangat penting sekali rasa solidaritas dan kasih sayang  yang harus dimiliki oleh setiap manusia didunia. Paradigma ini dibangun dari cara berfikir atau asumsi dari penyair. Beliau beranggapan bahwa sangatlah indah hubungan antara manusia jika semuanya dapat saling kasih mengasihi (guyub rukun).  Tanpa adanya kasih sayang sesama manusia, maka tidak akan ada arti kehidupan yang sesungguhnya. Dan meskipun seluruh umat manusia terlahir berbeda-beda tidak akan mengurangi indahnya kerukunan jika kita saling kasih mengasihi.
Jika dihubungkan dengan kehidupan sekarang, pandangan atau asumsi ini sangat tepat sekali. Kita ketahui bahwa di zaman yang semakin modern ini lebih dominan manusia mementingkan kepentingan pribadi atau ego masing-masing. Mereka lebih menomor satukan kepentingan pribadi. Hal ini tentu akan membuat hubungan antara manusia akan merenggang dan terpecah belah. Oleh karena itu sangat setuju sekali dengan cara pandang penyair yang diungkapkan melalui puisi  (geguritan) tersebut. Jika cara pandang penyeir yang diungkapkan melalui puisi tersebut dapat diaplikasikan pada kehidupan saat ini (di zaman yang semakin maju ini), tentu akan menumbuhkan kerukunan dan kedamaian antara manusia didunia.

2.       Rasa (feeling)         :
Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada dalam puisi (geguritan) tersebut adalah perasaan senang dan bahagia. Hal ini didapatkan dari isi dari teks puisi (geguritan) tersebut. Didalam puisi (geguritan) “Kerukunan” ini penyair menggambarkan rasa suka cita dan bahagia dari indahnya kerukunan antara manusia. Penyair mengibaratkan indahnya kerukunan dan saling kasih sayang itu merupakan hal yang paling berharga dan tanpa adanya kerukunan dan kasih sayang kehidupan manusia didunia ini tidak akan ada artinya. Hal ini seperti beberapa baris berikut :
“Kaya unine siter
Senajan saka senar kang beda
Nuwuhke endahe suwara”
Baris tersebut mengandung arti bahwa kerukunan dan kasih sayang  itu sangan indah sekali meskipun manusia didunia ini dilahirkan berbeda-beda. Penyair menyampaikan pandangannya tersebut dengan perasaan senang dan bahagia karena dengan adanya kerukunan dan kasih sayang dapat menjadikan kedamaian.






3.       Nada (tone)            :
Sikap penyair terhadap pembaca yaitu menasehati dan memberi pengertian kepada pembaca. Penyair memberikan nasehat dan pengertian tentang penting dan indahnya dari kerukunan dan saling kasih mengasihi antara sesama manusia.

4.       Amanat (itention)                :
Penyair memiliki tujuan khusus yang mendorong menciptakan puisi “Kerukunan” ini. Penyair menyampaikan pesan atau amanatnya secara tersirat melalui hasil geguritannya kepada pembaca. Penyair meyampaikan pentingnya kerukunan dan saling kasih mengasihi antar sesama. Dengan adanya kerukunan dan kasih sayang antar sesama hidup ini akan terasa damai. Hidup ini tidak akan ada artinya jika manusia mementingkan kepentingan pribadi. Kerukunan dan kedamaian juga tidak akan tercapai apabila hanya sebagian kecil yang sadar akan pentingnya kebersamaan. Amanat yang ingin disampaikan penyair ini sangat tepat untuk kehidupan di zaman modern seperti saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar