Selasa, 26 November 2013

penelitian kodikologi kolofon



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filologi berhubungan erat dengan bahasa, sastra, dan budaya. Filologi menelaah bahasa, sastra, dan budaya itu dengan bersumber pada naskah-naskah kuno. Dari naskah-naskah kuno itu dapat diketahui pula perkembangan bahasa, sastra, budaya, moral, dan intelektual suatu bangsa. Sasaran dan objek kerja dari ilmu filologi ini salah satunya adalah kodikologi.
Kodikologi adalah ilmu kodeks, sedangkan kodeks sendiri merupakan bahan tulisan tangan atau menurut The New Oxford Dictionary (1928) : Manuscript volume, esp of ancient texts ‘gulungan atau buku tulisan tangan, terutama dari teks-teks klasik’.  Kodikologi biasanya bekerja sama dengan bidang ilmu filologi. Jika filologi mengkhususkan pada pemahaman isi teks/kandungan teks, kodikologi khusus membahas seluk-beluk dan segala aspek sejarah naskah. Dari bahan naskah, tempat penulisan, perkiraan penulis naskah, jenis dan asal kertas, bentuk dan asal cap kertas, jenis tulisan, gambar/ilustrasi, hiasan/illuminasi, dan lain-lain. Tugas kodikologi selanjutnya adalah mengetahui sejarah naskah, sejarah koleksi naskah, meneliti tempat2 naskah sebenarnya, menyusun katalog, nyusun daftar katalog naskah, menyusuri perdagangan naskah, sampai pada penggunaan naskah-naskah itu.
Salah satu penelitian pada bidang kodikologi ini adalah pegkajian mengenai kolofon. Kolofon merupakan penjelasan atau keterangan yang diberikan oleh pengarang atau penyalin yang basanya menjelaskan tempat dan waktu awal atau akhir penulisan atau juga keterangan-keterangan yang lainnya. Kolofon biasanya terletak di akhir naskah, namun sering juga dijumpai di awal naskah.
Di dalam naskah tidak selalu terdapat nama penilis, penyalin atau keterangan-keterangan lainnya. Jika informasi itu ada, antara lain dapat ditemukan pada awal teks atau akhir teks. Keterangan lain yang kita peroleh dapat terdiri atas tempat penulisan, tanggal dan tempat penyalinan. Tanggal biasanya lengkap tetapi kadang juga tidak. Kadang-kadang juga terdapat penyebutan nama orang yang meminta penulisan maupun penyalinan naskah tertentu. Ada juga yang mencantumkan nama pemilik naskah.
Jika pada suatu naskah ada kolofonnya otomatis akan memperluas pengetahuan kita mengenai asal usul naskah dan dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan umur naskah. Dari berbagai hal tersebut jelas bahwa kolofon ini sangat penting untuk di kaji secara kodikologis sehingga kita bisa mengetahui naskah mana saja yang mengandung kolofon serta berapa saja umur suatu naskah.
Museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta merupakan salah satu museum di Indonesia yang memiliki ribuan koleksi naskah terutama naskah-naskah Jawa. Naskah-naskah yang terdapat disana sangatlah banyak, tetapi tidak semua naskah yang ada mengandung kolofon terutama pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi. Naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi yang terdapat di museum Reksapustaka ini sangat menarik apabila dikaji kolofon dari segi kodikologis. Naskah sejarah merupakan naskah yang penting bagi dunia sastra Jawa. Dengan naskah sejarah kita dapat mengetahui dan memahami sejarah di masa lalu sehingga kita dapat mengambil keputusan lebih bijak di masa yang akan datang.
Dikarenakan pentingnya naskah sejarah, maka sangat cocok sekali apabila naskah transkripsi kategori sejarah di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ini di kaji secara kodikologis dalam hal kolofonnya. Hal ini mengingat bahwa kolofon memiliki peran yang sangat penting terhadap informasi dunia pernaskahan. Selain itu perhatian mengenai keberadaan umur naskah juga sangat kurang sehinga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan perhatian kita di dunia pernaskahan terutama naskah sejarah yang sudah ditranskripsi pada museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.

B.     Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang ada, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Naskah apa sajakah yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ?
b.      Apa sajakah unsur-unsur pada kolofon naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ?
c.       Kapan naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ditulis atau disalin ?

C.     Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah tersebut maka dapat diperoleh tujuan penulisan  yaitu sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui naskah apa saja yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
b.      Untuk memberikan gambaran mengenai unsur-unsur kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
c.       Untuk memberikan gambaran mengenai kapan naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ditulis atau disalin.

D.    Batasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan pada:
a.       Kajian kodikologi yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai kolofon yang terdapat didalam naskah. Selain penelitian kolofon dapat dikaji oleh peneliti kodikologi selanjutnya.
b.      Kajian kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah di transkripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Untuk nomor katalog dan jenis naskah selain tersebut dapat dikaji oleh peneliti selanjutnya.





BAB II
LANDASAN TEORI

A.    PENGERTIAN KOLOFON
Kolofon adalah catatan waktu penulisan naskah, umumnya kolofon terletak pada akhir atau awal naskah atau terbitan. Kolofon berisi tentang keterangan mengenai tempat, waktu, dan penyalin naskah. Selain itu ada juga kolofon yang didalamnya mengandung nama dari pengarang serta identitasnya.

B.     BAGIAN-BAGIAN DALAM KOLOFON
Kolofon berperan sangat penting untuk informasi. Didalam kolofon terdapat berbagai macam keterangan-keterangan mengenai penulisan naskah. Kofolon dalam naskah Jawa dalam pemberian informasi penulisan naskah memiliki keunikan tersendiri karena naskah Jawa data yang lebh variatif dan beraneka ragam dibandingkan dengan kolofon dari naskah daerah lain.
Beberapa bagian yang terletak didalam kolofon naskah Jawa adalah :
v  NAMA-NAMA HARI
1.      Pancawara
Selain hari biasa, orang Jawa juga mengenal yang mananya hari pasaran 5 atau disebut juga dengan pancawara. Hari pasaran 5 ini juga berhubungan dengan unsur kosmis, jagad gedhe dan jagad cilik. Hari pasaran 5 menunjukkan letak atau susunan peta dhusun di Jawa yang berhubungan dengan kiblat atau arah angin. Pancawara terdiri dari lima yaitu :
-          Legi              Manis, Putihan
-          Pahing             Jenar, Abritan
-          Pon               Palguna, Kuningan
-          Wage             Cemengan
-          Kliwon            Kasih

2.      Saptawara
Pada zaman dahulu susunan negeri masih bersifat lokal, bisa disebut masa kabuyutan karena sistem kerajaan adalah pengaruh Hindu. Lalu mulai dikenal adanya hati tujuh atau Saptawara yaitu :
-          Radhite              Matahari, Ahad
-          Soma              Rembulan, Senin
-          Anggara            Mars, Selasa
-          Buda              Merkurius, Rabu
-          Respati              Jupiter, Kamis
-          Sukra             Venus, Jum’at
-          Tumpak             Saturnus, Sabtu

3.      Sadwara
Sadwara juga merupakan nama hari menurut orang Jawa. Sadwara adalah hari enam atau yang disebut juga dengan Parikelan. Sadwara juga dipakai orang Jawa pada zaman juna yaitu kabuyutan. Nama-nama hari dalam sadwara adalah :
-          Tungle
-          Aryang
-          Warungkung
-          Paningron
-          Uwas
-          Mawula

4.      Nawawara
Nawawara jarang digunakan oleh masyarakat Jawa dan penggunaannya tidak begitu popular. Nawawara merupakan hari sembilan yang juga dipakai pada zaman kuna yaitu kabuyutan, nama-namanya adalah :
-          Dangu
-          Jagur
-          Giris
-          Kerangan
-          Wogan
-          Tohari
-          Tulus
-          Wurung
-          Dadi

v  NAMA-NAMA BULAN
Dalam satu tahun ada duabelas bulan. Pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram, sejak 1633 ditetapkan perubahan tarikh bulan, yaitu tanggal 1 bulan 1 Jawa dinamakan bulan Sura, jatuh waktunya sama dengan 1 Muharam, nama-nama bulan yang lain juga disesuaikan dan pergantian hari mengikuti bulan, jadi pada sore hari. Hal ini dilakukan untuk lebih memperkuat persatuan bangsa untuk melawan ancaman penjajahan dengan upaya menyatukan umat Islam Mataram dengan Banten.
Bulan Jawa yang sekarang masih berlaku, yang juga merupakan petunjuk suklus kehidupan manusia yaitu : Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal, Dulkaidah, dan Besar.

v  NAMA-NAMA TAHUN JAWA
Tahun jawa merupakan kalender asli Jawa yang memperoleh pengaruh dari Hindu. Didalam tahun Jawa ada 8 (delapan), yaitu : Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakhir.

v  NAMA-NAMA MANGSA (MUSIM)
Didalam satu tahun ada 4 musim yang dari masing-masing musim tersebut terdapat 3 mangsa. Jadi dalam satu tahun ada 12 mangsa. Lama tiap mangsa tudaklah sama, tergantung dari ukuran pecak, yaitu panjangnya bayangan orang ditengah hari, satu pecak kira-kira 25cm. Empat musim itu adalah : Katiga, Labuh, Rendheng, dan Mareng. Sedangkan 12 mangsa tersebut adalah :
-          Kasa (Kartika)
-          Karo (Pusa)
-          Katelu / Katiga (Manggasri)
-          Kapat (Sitra)
-          Kalima (Manggakala)
-          Kanem (Naya)
-          Kapitu (Palguna)
-          Kawolu (Wisaka)
-          Kasanga (Jita)
-          Kasepuluh / Kadasa (Srawana)
-          Kadhesta / Kasewelas (Padrawana)
-          Kasadha / Karolas (Asuji)

v  NAMA-NAMA WUKU
Sejak zaman Medang Kamulan, selain nama-nama hari dan bulan ada juga wuku yang jumlahnya 30 buah. Setiap wuku berlaku untuk satu minggu. Nama-nama wuku tersebut mengambil dari nama-nama Prabu Watugunung yang isterinya 2 dan anaknya berjumlah 27. Nama-nama wuku tersebut adalah :
1.      Sinta                                          16. Pahing
2.      Landhep                                    17. Kuruwelut
3.      Wukir                                        18. Marakeh
4.      Kuranthil                                   19. Tambir
5.      Tolu                                           20. Medangkungan
6.      Gumbreg                                   21. Maktal
7.      Warigalit                                   22. Wuye
8.      Warigagung                              23. Menahil
9.      Julungwangi                              24. Prangbakat
10.  Sungsang                                  25. Bala
11.  Galungan                                  26. Wugu
12.  Kuningan                                  27. Wayang
13.  Langkir                                     28. Kulawu
14.  Mandasiya                                29. Dhukut
15.  Julungpujut                               30. Watugunung

v  NAMA-NAMA WINDU
Windu adalah istilah untuk selang waktu selama 8 tahun. Menurut Penanggalan Jawa, yang dirombak dan disempurnakan oleh Sultan Agung, raja Kesultanan Mataram, satu windu terdiri dari delapan tahun dengan nama-tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Sebagai pembanding, sistem penanggalan Tiongkok dan Jepang menggunakan siklus dua belas tahun dengan menggunakan lambang-lambang binatang untuk memberi ciri kehidupan yang mungkin terjadi pada tahun-tahun yang bersangkutan.
Windu juga memiliki siklus, yang terdiri dari empat siklus, yang masing-masing dinamakan Windu Adi, Kunthara, Sengara, dan Sancaya. Jadi, satu siklus memakan waktu 32 tahun.
Dalam perombakan kalender Jawa yang diadakan pada tahun 1633 Masehi (1555 tahun Saka) ini, Sultan Agung juga membagi satu pekan (peken) menjadi lima hari: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Ini mewarisi pengaruh penanggalan Saka yang berlaku sebelumnya. Waktu selang satu tahun dibagi menjadi dua belas bulan, sama halnya dengan sistem penanggalan berdasarkan bulan pada umumnya (mirip seperti yang dipakai pada sistem tahun Tiongkok dan tahun Hijrah). Lamanya waktu 1 tahun pada kalender bulan ini lebih sedikit dari tahun tahun Masehi (yang menggunakan patokan matahari). Yaitu, secara umum, tiap satu tahun Saka (Jawa), kira-kira, akan 10 atau 11 hari lebih pendek daripada tahun Masehi.

v  NAMA PENYALIN ATAU PENGARANG
Tidak semua kolofon menyebutkan nama penyalin ataupun pengarang dari suatu naskah. Bahkan sangat jarang sekali kolofon yang mengandung nama penyalin ataupun pengarang. Hal ini disebabkan para pengarang terdahulu dengan sengaja menyembunyikan identitasnya. Sebaliknya, jika mereka menampakkan diri yang dicantumkan melalui kolofon, ada juga yang menyebutkan identitasnya secara lengkap. Tetapi ini jarang sekali di temukan dalam naskah-naskah Jawa.

C.     MANFAAT KOLOFON PADA NASKAH
Kolofon memberikan sumbangan manfaat yang besar dalam naskah. Beberapa manfaatnya antara lain :
a.       Mengetahui dimana tempat penulisan naskah di masa lampau.
b.      Mengetahui waktu penulisan naskah.
c.       Mengetahui nama penyalin atau pengarang suatu naskah.
d.      Membantu melestarikan keberadaan naskah.
e.       Mengetahui sejarah dan asal usul naskah.
f.       Mengetahui umur suatu naskah.
g.      Dll.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    SAJIAN DATA
Naskah-naskah Jawa banyak yang tersimpan di perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Disana naskah disimpan dan dirawat sebaik mungkin. Bermacam-macam naskah tersimpan disana, baik naskah carik, cetak, naskah asli maupun naskah salinan. Berbagai kategori naskah juga tersimpan rapi disana baik kategori pewayangan, sejarah, pariwisata, sastra, piwulang, dan lain-lain. Berikut sajian data dalam penelitian kodikologi dari segi kolofon pada naskah transkripsi kategori sejarah kategori sejarah pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta :
a)      Naskah kategori sejarah pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
1.      Serat Ambya, bernomor katalog B1a NN MS/J.
2.      Serat Ambya, bernomor katalog B1b NN MS/J.
3.      Serat Ambya, bernomor katalog B1c NN MS/J.
4.      Serat Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
5.      Serat Ambya, bernomor katalog B1e NN MS/J.
6.      Serat Ambya Ayub, bernomor katalog B1f NN MS/J.
7.      Serat Anglingdarma, bernomor katalog B2a NN MS/J.
8.      Serat Anglingdarma, bernomor katalog B2b NN MS/J.
9.      Serat Anglingdarma, bernomor katalog B2c NN MS/J.
10.  Serat Anglingdarma, bernomor katalog B2d NN MS/J.
11.  Cariyos Lelampahanipun Raja Anglingdarma ing Nagari Malawapati, bernomor katalog B3 NN MS/J.
12.  Serat Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
13.  Serat Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4b NN MS/J.
14.  Serat Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4c NN MS/J.
15.  Serat Ajisaka, bernomor katalog B5a NN MS/J.
16.  Serat Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
17.  Serat Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
18.  Serat Aji Pamasa, bernomor katalog B6b NN MS/J.
19.  Babad Kemalon, bernomor katalog B7.
20.  Babad Ila-ila, bernomor katalog B8 NN MS/J.
21.  Babad Lengenharjo, bernomor katalog B9 NN MS/J.
22.  Babad Mataram, bernomor katalog B10a NN MS/J.
23.  Babad Mataram, bernomor katalog B10b NN MS/J.
24.  Babad Mataram, bernomor katalog B10c NN MS/J.
25.  Babad Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
26.  Babad Mataram, bernomor katalog B10e NN MS/J.
27.  Babad Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
28.  Babad Mataram, bernomor katalog B10g NN MS/J.
29.  Babad Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
30.  Babad Mataram, bernomor katalog B10i NN MS/J.
31.  Babad Kanjeng Sultan Mangkubumi ing Mataram, bernomor katalog B11 NN MS/J.
32.  Babad Pangeran Diponegoro ing Mataram, bernomor katalog B12 NN MS/J.
33.  Babad Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
34.  Citrosentono Babad Mangkunegaran VII, bernomor katalog B14 NN MS/J.
35.  Babad Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
36.  Babad Mojopait, bernomor katalog B15b NN MS/J.
37.  Babad pajang, bernomor katalog B16a NN MS/J.
38.  Babad pajang, bernomor katalog B16c NN MS/J.
39.  Babad Panambangan, bernomor katalog B17.
40.  Babad Panambangan, bernomor katalog B18a NN MS/J.
41.  Babad Panambangan, bernomor katalog B18b NN MS/J.
42.  Babad Prayut, bernomor katalog B19 NN MS/J.
43.  Babad Itih, bernomor katalog B20a NN MS/J.
44.  Babad Itih, bernomor katalog B20b NN MS/J.
45.  Babad Itih, bernomor katalog B20c NN MS/J.
46.  Babad Itih, bernomor katalog B20d NN MS/J.
47.  Babad Itih, bernomor katalog B20e NN MS/J.
48.  Babad Itih, bernomor katalog B20f NN MS/J.
49.  Babad Itih, bernomor katalog B20g NN MS/J.
50.  Babad Itih, bernomor katalog B20h NN MS/J.
51.  Babad Itih, bernomor katalog B20i NN MS/J.
52.  Babad Itih, bernomor katalog B20j NN MS/J.
53.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21a NN MS/J.
54.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
55.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21c NN MS/J.
56.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J.
57.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21e NN MS/J.
58.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21f NN MS/J.
59.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21g NN MS/J.
60.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21h NN MS/J.
61.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J.
62.  Babad Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J
63.  Babad Sangkolo, bernomor katalog B23 NN MS/J.
64.  Babad Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
65.  Babad Sigaluh, bernomor katalog B24b NN MS/J.
66.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25a NN MS/J.
67.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25b NN MS/J.
68.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25c NN MS/J.
69.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25d NN MS/J.
70.  Banjaransari, bernomor katalog B26a NN MS/J.
71.  Banjaransari, bernomor katalog B26b NN MS/J.
72.  Banjaransari, bernomor katalog B26c NN MS/J.
73.  Babad KGPAA Mangkunegoro, bernomor katalog B27 NN MS/J.
74.  Babad tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
75.  Babad Nitik, bernomor katalog B29 NN MS/J.
76.  Babad Adipati Terung, bernomor katalog B30 NN MS/J.
77.  Babad Demak, bernomor katalog B31 NN MS/J.
78.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
79.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32b NN MS/J.
80.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32c NN MS/J.
81.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32d NN MS/J.
82.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32e NN MS/J.
83.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
84.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32g NN MS/J.
85.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32h NN MS/J.
86.  Serat Pengetan Wiyosanipun para Putra Dalem, bernomor katalog B33 NN MS/J.
87.  Serat Pengetan Wiyosanipun para Putra dalem Mangkunegara IV, V, VII, bernomor katalog B34 NN MS/J.
88.  Serat Pengetan Wiyosanipun tuwin Pawukonipun para Luhur, bernomor katalog B35 NN MS/J.
89.  Serat Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36a NN MS/J.
90.  Serat Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36b NN MS/J.
91.  Sejarah Sultan Ngayogyakarta kaping IV tuwin V, bernomor katalog B37.
92.  Sejarah Arun Wijining Kraton Wiwit Kyai Ageng Tarub, bernomor katalog B38 NN MS/J.
93.  Sengkalanipun para Ratu ingkang Jumeneng ing Tanah Jawi, bernomor katalog B39 NN MS/J.
94.  Sejarah Empu, bernomor katalog B40 NN MS/J.
95.  Sejarah Empu, bernomor katalog B41 NN MS/J.
96.  Sejarah mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
97.  Sejarahing Yasadiningratan, bernomor katalog B43 NN MS/J.
98.  Sarasilahipun Raden Mas Tumenggung Kusumodiningrat, bernomor katalog B44 NN MS/J.
99.  Sarasilah Jawi-Arab, bernomor katalog B45 NN MS/J.
100.                Babad Pamiwahanipun KGPAA Prabu Prangwadono, bernomor katalog B46 NN MS/J.
101.                Babad Sedalu, bernomor katalog B47 NN MS/J.
102.                Komite Ranggawarsitan, bernomor katalog B49a.
103.                Komite Ranggawarsitan, bernomor katalog B49b.
104.                Tembung Andupara, bernomor katalog B50.

b)      Naskah kategori sejarah yang sudah di transkripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
1.      Serat Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
2.      Serat Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
3.      Serat Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
4.      Serat Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
5.      Serat Aji Pamasa, bernomor katalog B6b NN MS/J.
6.      Babad Ila-ila, bernomor katalog B8 NN MS/J.
7.      Babad Lengenharjo, bernomor katalog B9 NN MS/J.
8.      Babad Mataram, bernomor katalog B10a NN MS/J.
9.      Babad Mataram, bernomor katalog B10b NN MS/J.
10.  Babad Mataram, bernomor katalog B10c NN MS/J.
11.  Babad Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
12.  Babad Mataram, bernomor katalog B10e NN MS/J.
13.  Babad Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
14.  Babad Mataram, bernomor katalog B10g NN MS/J.
15.  Babad Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
16.  Babad Mataram, bernomor katalog B10i NN MS/J.
17.  Babad Kanjeng Sultan Mangkubumi ing Mataram, bernomor katalog B11 NN MS/J.
18.  Babad Pangeran Diponegoro ing Mataram, bernomor katalog B12 NN MS/J.
19.  Babad Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
20.  Citrosentono, bernomor katalog B14 NN MS/J.
21.  Babad Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
22.  Babad Mojopait, bernomor katalog B15b NN MS/J.
23.  Babad pajang, bernomor katalog B16a NN MS/J.
24.  Babad pajang, bernomor katalog B16c NN MS/J.
25.  Babad Panambangan, bernomor katalog B17 NN MS/J.
26.  Babad Panambangan, bernomor katalog B18a NN MS/J.
27.  Babad Panambangan, bernomor katalog B18b NN MS/J.
28.  Babad Prayut, bernomor katalog B19 NN MS/J.
29.  Babad Itih, bernomor katalog B20a NN MS/J.
30.  Babad Itih, bernomor katalog B20b NN MS/J.
31.  Babad Itih, bernomor katalog B20c NN MS/J.
32.  Babad Itih, bernomor katalog B20d NN MS/J.
33.  Babad Itih, bernomor katalog B20e NN MS/J.
34.  Babad Itih, bernomor katalog B20f NN MS/J.
35.  Babad Itih, bernomor katalog B20g NN MS/J.
36.  Babad Itih, bernomor katalog B20h NN MS/J.
37.  Babad Itih, bernomor katalog B20i NN MS/J.
38.  Babad Itih, bernomor katalog B20j NN MS/J.
39.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21a NN MS/J.
40.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
41.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21c NN MS/J.
42.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J.
43.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21e NN MS/J.
44.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21f NN MS/J.
45.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21g NN MS/J.
46.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21h NN MS/J.
47.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J.
48.  Babad Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J.
49.  Babad Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
50.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25a NN MS/J.
51.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25b NN MS/J.
52.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25c NN MS/J.
53.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25d NN MS/J.
54.  Banjaransari, bernomor katalog B26a NN MS/J.
55.  Banjaransari, bernomor katalog B26c NN MS/J.
56.  Babad KGPAA Mangkunegoro, bernomor katalog B27 NN MS/J.
57.  Babad tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
58.  Babad Nitik, bernomor katalog B29 NN MS/J.
59.  Babad Adipati Terung, bernomor katalog B30 NN MS/J.
60.  Babad Demak, bernomor katalog B31 NN MS/J.
61.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
62.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32b NN MS/J.
63.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32c NN MS/J.
64.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32d NN MS/J.
65.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32e NN MS/J.
66.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
67.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32g NN MS/J.
68.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
69.  Serat Pengetan Wiyosanipun para Putra Dalem, bernomor katalog B33 NN MS/J.
70.  Serat Pengetan Wiyosanipun para Putra dalem Mangkunegara IV, V, VII, bernomor katalog B34 NN MS/J.
71.  Serat Pengetan Wiyosanipun tuwin Pawukonipun para Luhur, bernomor katalog B35 NN MS/J.
72.  Serat Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36 NN MS/J.
73.  Sejarah Arun Wijining Kraton Wiwit Kyai Ageng Tarub, bernomor katalog B38 NN MS/J.
74.  Sejarah Empu, bernomor katalog B40 NN MS/J.
75.  Sejarah mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
76.  Babad Pamiwahanipun KGPAA Prabu Prangwadono, bernomor katalog B46 NN MS/J.
77.  Babad Sedalu, bernomor katalog B47 NN MS/J.
78.  Komite Ranggawarsitan, bernomor katalog B49a NN MS/J.

B.     ANALISIS DATA
a.      Naskah yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.

Dari berbagai naskah yang ada pada kategori naskah sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 yang tersimpan di museum Reksapustaka, maka dapat diperoleh data bahwa tidak semua naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 mengandung kolofon. Naskah yang mengandung kolofon hanya ada 20 naskah, beberapa naskah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Serat Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
2.      Serat Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
3.      Serat Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
4.      Serat Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
5.      Babad Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
6.      Babad Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
7.      Babad Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
8.      Babad Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
9.      Babad Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
10.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
11.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J
12.  Babad Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J
13.  Babad Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J.
14.  Babad Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
15.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B25 NN MS/J.
16.  Babad Tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
17.  Babad Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
18.  Sejarah Empu, bernomor katalog B41 NN MS/J.
19.  Sejarah mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
20.  Babad Sedalu, bernomor katalog B47 NN MS/J.

b.      Unsur-unsur kolofon yang terdapat pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
1.      Serat Ambya
Judul naskah              : Serat Ambya
Nomor Katalog              : B 1 d NN, Serat Ambya, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN280 B1d SMP 219/4 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon      :
“Kasmaran tanggal ping kalih, gara wage wulan rajab, warsa dal ing sengkalane, wani trus sabdaning nata, ing Prawiranagaran, kaping pat panumpingipun, nedhak mangun srat Ambya.”

Transliterasi :
Sekar Asmaradana pada tanggal kedua, Selasa Wage bulan Rajab, tahun Dal disengkalannya, berani karena nasehat Raja, di Prawiranagaran, keempat penyelesaiannya, menulis serat Ambya.

Selasa Wage, 2 Rajab Dal 1791 (23 Desember 1862)di Prawinagaran Surakarta”
Sangkala : Wani Trus Sabdaning Nata
                     1       9           7             1
Serat Ambya ditulis pada hari Selasa Wage, tanggal 2, bulan Rajab, tahun Dal 1791 (23 Desember 1862).
Serat Ambya ditulis di Prawinagaran Surakarta.

2.      Serat Ajisaka Ngejawi
Judul naskah              : Serat Ajisaka Ngejawi
Nomor Katalog              : B 4 a NN, Serat Ajisaka Ngejawi, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN180 B4a SMP 49/2 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon      :
“Rikala awit anedhak, srat Ajisaka Ngejawi, Dite manis kaping rolas, wulan Ramelan marengi, nuju taun Jimakir, sengkala nira cinatur, catur trus sabdaning nata, sewu pitungatus mangkin, sangangdasa sekawan ing sirahira.”

Transliterasi :
Ketika mulai menulis, serat Ajisaka Ngejawi, Minggu Legi kedua belas, bulan Ramelan memperbolehkan, menuju tahun Jimakir, sengkalannya terucapkan, mengucapkan terus nasehat Raja, seribu tujuh ratus, sembilan puluh empat di tulisannya.

Dite Manis, 12 Ramelan Jimakir 1794 (28 januari 1866)”
Sangkala : Catur trus Sabdaning Nata
                     1       9           7             1

Serat Ajisaka Ngejawi disalin pada hari Minggu Legi, tanggal 12, bulan Ramelan, tahun Jimakir 1791 (28 Januari 1866).

3.      Serat Ajisaka
Judul naskah              : Serat Ajisaka
Nomor Katalog              : B 5 b NN, Serat Ajisaka, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN183 B5b SMP 50/2 (Katalog
Deskripsi Kolofon      :
“Neher duk murwa gupita, Ri kemis rabah sabtenjing, mangsa ro wuku selarga, kaping rum rabingulakhir, wawu warsa marengeng, yen mosik sabdaning ratu, wuryaning kang pustaka, duk Ajisaka ngejaweng.”

Transliterasi :
Pada awal saat menulis, hari Kamis pukil 7 pagi, dengan perhitungan Mangsa kedua wuku selarga, keenam bulan rabiul akhir, tahun wawu saat pancaroba, jika bergerak dari nasehat raja, jadinya buku, ya Ajisaka Ngejaweng.

“Pukul 7 pagi, Mangsa kedua, wulu selarga, 6 Rabingulakhir Wawu 1761 (22 Agustus 1833)”
Sangkala : Janma osik Sabdaning Ratu
                       1        6          7           1

Serat Ajisaka ditulis pada pukul 7 pagi, pada saat mangsa Kedua, wuku Selarga, tanggal 6, bulan Rabingulakhir, tahun Wawu 1761 (22 Agustus 1833)

4.      Serat Ajipamasa
Judul naskah              : Serat Ajipamasa
Nomor Katalog              : B 6 a NN, Serat Ajipamasa, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN22 B6a SMP 6/3;R179/11 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon       :
“Titining kang panitra Respati nuju, ping catur sapar kang sasi, Edal sangkalaning taun “Tata Harjo Ngesthi Siwi” ya wir sungun ma kawinot.”

Transliterasi :
Waktu yang tepat menuju hari Kamis, keempat bulan Sapar, Dal sengkalan tahunnya “Tata Harjo Ngesthi Siwi” iya itu yang dianut.

“Respati, 4 Sapar Dal 1815 (13 November 1855)”
Sangkala : tata raharjo ngesthi siwi
  5        1           8        1

Serat Ajipamasa ditulis pada hari Kamis (Respati), tanggal 4 bulan Sapar tahun Dal 1851 (13 November 1855).

5.      Babad Mataram
Judul naskah              : Babad Mataram
Nomor Katalog              : B 10 d NN, Babad Mataram, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN198 B10d SMP 55/6-56/1;R180/30 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon       :
“Punika wiwit panedhakipun wulan siyam kaping 2 warsa wawu, angka : 1801”

Transliterasi :
Ini mulai disalin pada bulan Siyam kedua tahun wawu, angka :1801

2 Siyam Wawu 1801 (3 November 1872)”

Babad Mataram salin pada tanggal 2, bulan Siyam, tahun Wawu 1801 (3 November 1872).

6.      Babad Mataram
Judul naskah              : Babad Mataram
Nomor Katalog              : B 10 f NN, Babad Mataram, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN205 B10f SMP 53/4;R180/25 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon       :
“Purwaning reh kang ing ngadu manis, anujwa ri sabtu jam sangenjang, ing wular rajib ri kang lek, tanggal kaping tri nuju, ing kuningan kalima akhir, taun wawu senggara, ing sengkalanipun, nabi nem amulang raja, anedhak srat babad awaling matawis, duk mangyasani kitha”

Transliterasi :
Dibuka dengan tembang Dandanggula, menuju hari sabtu jam 9 pagi, dibulan Rajab, pada tanggal ketiga,wuku kuningan kelima akhir, tahun Wawu, di sengkalannya, nabi enam mengajarkan rasa (batin), menyalin serat Babad awal Mataram, yang menjadi kota besar.

“Pukul 9, Sabtu, 3 Rejeb, wuku Kuningan, Wawu 1761 (15 November 1833)”
Sangkala : nabi nem amulang rasa
   1      6         7          1

Babad Mataram disalin pada pukul 9 pagi, hari sabtu, tanggal 3 bulan Rejeb, wuku Kuningan, tahun Wawu 1761 (15 November 1833).

7.      Serat Babad Madura
Judul naskah              : Babad Madura
Nomor Katalog              : B 13 NN, Babad Madura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN219 B13 SMP 55/5 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon       :
titi tamat panyuratnya srat babat ing madureki senen wage ping sekawan ing wulan rabingulakir taun dal amapangi windu kuntara lumaku sengkalane pinetanga jaran nenem kreta siji kang raka kinen mring nagri ing madura.”

Transliterasi :
Telah sampai waktu habisnya penulisan serat babad di Madura ini Senin Wage keempat di bulan Rabingulakir tahun Dal windu Kuntara berjalan sengkalannya juda enam kereta satu yang selalu berbakti kepada negeri di Madura”

 “Senin wage, 4 Rabingulakir Dal Windu Kuntara 1767 (17 Juni 1839)
Sangkala : jaran nenem kreta siji
    7      6         7     1

Babad Madura ditulis pada hari Senin Wage, tanggal 4 bulan Rabingulakir, tahun Dal, windu Kuntara 1767 (17 Juni 1839).

8.      Serat Babad Tanah Jawi
Judul naskah              : Serat Babad Tanah Jawi
Nomor Katalog              : B 28 NN, Babad Tanah Jawi, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN240 B28 SMP 58/1;R180/33 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“Ingsun amiwiti nulis, sekar asmaradana, pukul sadasa wancine, Jumuah pon dintenira, tanggal ping tigang dasa, Dulkangidah wulanipun, lan Alip kang lumagya.
Sangkala ingkang winarni, sewu wolung atus dasa, tunggal iku langkunge, gumantya wulan walanda, oktober kang lumagya, tiga welas tanggalipun, , angganira kang winarna.
Angka sewu kang lumaris, wolung atus wolung dasa, kakalih iku langkunge, tungle pan ing wukonira, kalima mangsanira, punika tetkalanipun, anurat serat punika.”

Terjemahan :
Saya memulai menulis, tembang asmaradana, Jum’at Pon harinya, tanggal ketiga puluh, Dulkangidah bulannya, dan Alip yang berbahagia.
Sengkalan yang beragam, seribu delapan ratus sepuluh, satu itu lebihnya, sama dengan bulan orang Belanda, oktober yang terjadi, tiga belas tanggalnya, angan-angannya beraneka ragam.
Angka seribu yang tercatat, delapan ratus delapan puluh, dua itu lebihnya, tungle itu wukunya, kelima mangsanya, itulah waktunya, penyalinan serat ini.

“Pukul 10, Jum’at Pon, 30 dulkangidah Alip 1811, wuku Tungle, mangsa Kalima (13 Oktober 1882)”

Babad Tanah Jawi disalin pada pukul 10 hari Jum’at Pon, tanggal 30 bulan Dulkangidah, wuku Tungle, mangsa Kalima, tahun Alip 1811 (13 Oktober 1882).

9.      Babad Mojopahit : Wiwit Prabu Majapahit Wekasan dumugi Demak Pungkasan.
Judul naskah              : Babad Mojopahit
Nomor Katalog              : B 15 a NN, Babad Mojopahit, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN196 B15a SMP 52/2 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“Punika wiwit pênyêratipun ditên sêtu kaping 25 wulan rabirulakir warsa Be 1800 saka / 1871 masehi.

Terjemahan :
Ini mulai penulisannya hari Sabtu ke 25 bulan Rabinguilakir tahun Be 1800 saka atau 1871 masehi.

“Setu, 25 Rabingulawal Be 1800 (15 Juli 1871)”

Babad Mojopahit ditulis pada hari Sabtu, tanggal 25 bulan Rabingulawal tahun Be 1800 (15 Juli 1871).

10.  Babad Kartasura : Wiwit badhe panyelongipun pangerat Mangkunegara dumugi Den Dipati Natakusuma Ngurag dhumateng Semawis kapisan.
Judul naskah                  : Babad Kartosuro : Wiwit badhe panyelongipun pangerat Mangkunegara dumugi Den Dipati Natakusuma Ngurag dhumateng Semawis kapisan.
Nomor Katalog              : B 21 i NN, Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN185 B21i SMP 50/4;R180/18 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :                          
“Jumuwah wage tinulis, megengan ing wulan siyam, taun Je hakaro mangsane, windunipun kunthara, hanenggih sinengkallan, sir sasaga swara Ratu, sewu Tungatus wolong dasa.”

Transliterasi :
Di tulis jumat wage, megengan bulan puasa, tahun Je mangsa ke dua, windunya kunthara, yaitu dengan sengkalan, Sir Sasaga Swara Ratu, seribu tujuh ratus delapan puluh.

“Jumuwah Wage, Siyam Je, mangsa Kaloro, windu Kuntara 1780 (Juli 1852)”
Sangkala : Sirna naga swara ratu
    0       8       7        1

Babad Kartasuro ditulis pada hari Jum’at Wage, bulan Puasa (Siyam), musim Kedua, windu Kuntara, tahun Je 1780 (Juli 1852)

11.  Serat Babad Tanah Jawa
Judul naskah                  : Babad Tanah Jawa
Nomor Katalog              : B 25 NN, Babad Tanah Jawa, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN188 B25 SMP 50/7-51/1 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“Anglir silem tembang madu gendhis, wiwitan kanen ingkang sangsa, Jumuwah wage dinane, trus warna giri ratu, sangkalane ingkang winarni, nenggih ing wulan sapar, tanggal wolu likur, taun Jimawal lumampah, sarta ingkang winarna sangkalaning warsa, ingkang leres kaetang.”

Transliterasi :
Dibuka dengan tembang Dandanggula, awalan yang baik, Jum’at wage harinya, trus warna giri ratu, itu sengkalannya, jatuh pada bulan sapar, tanggal dua puluh delapan, tahun Jimawal sedang berjalan, serta sengkalan tahun yang benar, yang benar terhitung.

“Jumat wage, 28 Sapar Jimawal 1749 (Oktober 1821)”
Sangkala : trus warna giri ratu
  9        4      7      1

Serat Babad Tanah Jawa ditulis pada hari Jum’at wage, tanggal 28 bulan Sapar tahun Jimawal 1749 (Oktober 1821).

12.  Serat Babad Pacina
Judul naskah                  : Babad Pacina
Nomor Katalog              : B 22 NN, Babad Pacina, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN202 B22 SMP 63/5 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“Giyuh ing tyas nawung brangti, Dyan Bei Sasradipraja, kacaryan ing panedhake, kagungan dalem srat babat, tinuju dinanira, ngakat pon kaping nem likur, wulan sakban ing taun Dal.
Nagari Surkarteki, julung wangi wuku nira, nuju dadi ro mangsane, windu adi sinengkalan, wisaya swaranira, nenggih pandhitning ratu, pamurwaning lukita.”

Transliterasi :
Dari hati yan terdalam dalam asmara, Dyan Bei sasradipraja, tertuangkan dalam tulisannya, mempunyai hajat serat babad, menuju harinya, akad pon kedua puluh enam, bulan Syakban, di tahun Dal.
Di Negeri Surakarta ini, Julungwangi wukunya, menuji musim kedua, windu adi sengkalannya, wisaya swaranira, nenggih pandhitaning ratu, pembukaan yang baik.

“Akad pon, 26 Saban Dal 1775 ( 8 Agustus 1847)
Surakarta, wuku Julungwangi, mangsa kaloro, windu Adi”
Sangkala : wisaya swaranira nenggih pandhitaning ratu
     5                     7                      7               1

Babad Pacina ditulis di Surakarta, pada hari Minggu Pon, tanggal 26 bulan Syakban, wuku Julungwangi, musim kedua, tahun Dal, windu Adi 1775 (8 Agustus 1847).

13.  Serat Babad Sigaluh
Judul naskah                  : Babad Sigaluh
Nomor Katalog              : B 24 a NN, Babad Sigaluh, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN204 B24a SMP 52/5;R180/22 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“Sekar Mijil ingkang kinarya wit, gancaring cariyos, ing nalika wiwit panyurate, apanuju ari Senen Legi Ping lima marengi, Pasa wulanipun.
Taun edal sewu ingkang warsi, punujul wolung atus, tigang dasa sanga ing wor sae, ingkang karya babukaning tulis, Sri Banjarsari,, kang jumenenge ratu.”

Transliterasi :
Tembang Mijil yang tercipta, prosa yang bercerita, pada saat awal penulisannya, menuji hari Senin Legi kelima, Puasa bulannya.
Tahun dal seribu tahunnya, lebih delapan ratus, tiga puluh sembilan disatukan, yang berkarya membuka penulisan, Sri Banjarsari, yang bertahta ratu.

“Senen Legi, 5 Pasa Dal 1839 (20 September 1908)”

Serat Babad Sigaluh ditulis pada hari Senin Legi, tanggal 5 bulan Puasa tahun Dal 1839 (20 September 1908).

14.  Serat Babad Adipati Terung
Judul naskah                  : Babad Adipati Terung
Nomor Katalog              : B 30 NN, Babad Adipati Terung, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN258 B30 SMP 59/7;R180/35 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“kadya madu purwaning tulis, duk manurat wancinya jam astha, ing somanis arine, anuju tanggalipun, kaping lima nenggih, marengi Sura wulanira, dene ingkang taun, Jimakir ing taunira, sinengkalan Rasa obah esthi tunggil, punika panyeratinya.”

Transliterasi :
“Diawali dengan tembang Dandanggula, ketika menulis menunjukkan jam 8, di Senin Legi (Somanis / Soma Manis) harinya, menuju tanggalnya, kelima itu, bebarengan bulan Sura, sedangkan tahunnya, Jimakir tahunnya, sengkalannya Rasa Obah Esthi Tunggil, demikianlah penulisannya.

“Pukul 8 Soma Manis 5 Sura Jimakir 1866 (9 april 1935)
Sengkala : Rasa obah esthi tunggal
   6       6       8         1

Babad Adipati terung ditulis pada pulul 8, hari Senin Legi, tanggal 5 bulan Sura tahun Jimakir 1866 (9April 1935).

15.  Serat Sejarah mawi Piwulang
Judul naskah                  : Sejarah mawi Piwulang
Nomor Katalog              : B 42 NN, Sejarah mawi Piwulang, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN239 B42 SMP 57/11 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :                          
“Ing Jumuwah Epon wanci enjing tanggal tiga welas wulan Besar, taun Be Adi windune, Bah Pandhita Swara Ratu, sewu pitung atus pitungdesi, nenem ing langkungira, kang ongka puniku, kresa angurut sejarah, methik urut pancer satunggil kinardi, bissmilah hirohman.”

Transliterasi :
Pada hari Jum’at diwaktu pagi tanggal tiga belas bulan Besar, tahun Be Adi windunya, Bah Pandhita Swara Ratu, seribu tujuh ratus tujuh,  enam lebihnya, yang berangka itu, hendak mengurut sejarah, memetik urutan pertama yang menjadi satu, Bismillah hirohman.

“Jumuwah enjing, 13 Besar Be windu Adi 1776 (10 November 1848)
Sangkala : Bah pandhita swara ratu
   6         1          7        1

Serat Sejarah mawi Piwulang ditulis pada hari Jum’at pagi, tangga 13 bulan Besar tahun Be, windu Adi 1776 (10 November 1848).

16.  Babad Kartasura
Judul naskah                  : Serat Babad Kartasura
Nomor Katalog              : B 21i NN, Serat Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN229 B42 SMP 57/11 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :
“sinekaran roning kanal , dak kala awit tinulis , ri arbo pon dinanira, wuku sungsang kang atampi, jumadilawal sasi, ping sangalas ing lekipun,taun dal sinengkalan tri hastha pan saptaning rat (1783).”

Transliterasi :                                
Sinekaran roning kanal, dikala awal menulis, hari Rabu Pon harinya, wuku sungsang yang diterima, bulan Jumadilawal, kesembilan belas, tahun dal bersengkalan tri hastha pan saptaning rat (1783).

“Rabo Pon, 19 Jumadilawal, wuku Sungsang Dal 1783.”
Sangkala : Tri hastha pan saptaning rat
  3       8                 7           1

Naskah Babad Kartasura disalin pada hari Rabu Pon, wuku Sungsang, tanggal 19, bulan Jumadilawal, tahun Dal 1783.

17.  Babad Kartasura
Judul naskah                  : Serat Babad Kartasura
Nomor Katalog              : B 21d NN, Serat Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN199 B21d SMP 58/5 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon             :
“Wiwit Rabingulakhir Kaping :8. Wiwit panyeratipun wulan Rabingulakir . Warsa je angka 1798. Rampung panyeratipun madilawal kaping 23: warsa je angka 1798.”

Transliterasi :
Mulai Rabingulakir kedelapan. Mulai menulis pada bulan Rabingulakir. Tahun Je angka 1798. Selesai menulisnya pada Madilawal kedua puluh tiga : tahun Je angka 1798.

“ 8 Rabingulakir Je 1798”

Serat Babad Kartasura disalin pada tanggal 8, bulan Rabingulakir tahun Je 1798.

18.  Serat Sejarah Empu
Judul naskah                  : Serat Babad Kartasura
Nomor Katalog              : B 41 NN, Serat Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN257 B41 SMP 59/6 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon       :                                  
“rikalanya winiwitan, sanedhak srat Sajarah Hempu nujwa ri, Kemis kaping pitulas. Wulan Saban ing Warsa Jimakir, sinangkalan Caturing wiwara, Pandhita kang hambeg Rajeng, ing Surakartanipun, Hadiningrat ingkang Nagari,wau ingkang rinipta, urut-urutipun, ing purwa madya wasana, purwanira ngandhap punika winarni, Hempu Dewa kang dadya.”

Transliterasi :
Pada waktu penyalinan serat Sajarah Empu pada, kamis tanggal 17.
Bulan Sya’ban tahun Jimakir, dengan sangkalan Caturing wiwaha, Pandhita kang hambeg Rajeng, di Negara Surakarta Hadiningrat,  semua itu ditulis, tentang urut-urutannya, di awal tengah dan akhir, awalnya pada cerita di bawah ini, yaitu tentang empu Dewa.

“di Surakarta, Kamis, 17 Syakban Jimakir 1794 (4 Januari 1866)”
Sangkala : Caturing wiwaha Pandhita kang hambeg Rajeng
      4             9             7                      1

Serat Sejarah Empu ditulis di Surakarta, pada hari Kamis tanggal 17 bulan Sya’ban tahun Jimakir 1794 (4 Januari 1866).

19.  Serat Babad Giyanti
Judul naskah                  : Serat Babad Giyanti
Nomor Katalog              : B 32f NN, Serat Babad Giyanti, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN209 B32f SMP 54/3 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon         :
Dumugi semanten ingkang Serat – Giyanti Sinerat tanggal kaping 20 wulan Sura Tahun Jimawal Angka 1829 Utawi wulan Mei tahun: 1899.”

Transliterasi :
Sampai disini yang Serat – Giyanti Ditulis tanggal ke 20 bulan Sura tahun Jimawal angka 1829 Atau bulan Mei tahun 1899.

“20 Sura Jimawal 1829 (Mei 1899)”

Serat Babad Giyanti ditulis pada tanggal 20 bulan Sura tahun Jimawal 1829 (Mei 1899).

20.  Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter
Judul naskah             : Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter
Nomor Katalog              : B10h NN, Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN190 B10h SMP 56/3 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon        :
“Selasa Legi tanggal ping kalih, wulan Muharram windu Sancaya, kerangan Sadha mangsane, ing wuku Julungpujud, iku rasa swaraning ati, ing Surakarta tuwan juru-basa nurun, serat babad ing Mataram, mung jinujug kala Jeng Pangeran Dipati, hangkurug arsa budhal.”

Transliterasi :
Selasa Legi tanggal kedua, bulam Muharram windu sancaya, musim Sadha, di wuku Julungpujud, itu rasa swara hati, di Surakarta tuan juru-bahasa turun, serat Babad di Mataram, hanya menuju kanjeng Pangeran Dipati.


“di Surakarta, Selasa Legi, 2 Muharram mangsa sadha wuku Julungpujud windu Sancaya 1761 (21 Mei 1833)”
Sangkala : iku rasa swaraning ati
  1     6          7          1

Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter disalin di Surakarta, pada hari Selasa Legi tanggal 2 bulan Muharram musim sadha wuku Julungpujud windu Sancaya 1761 (21 Mei 1833).


















































Penulisan kolofon pada naskah satu dengan naskah yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan ini dilihat dari unsur-unsur kolofon yang dituliskan oleh penyalin atau pengarang naskah. Unsur-unsur kolofon yang terdapat pada 20 naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta juga berbeda antara naskah satu dengan naskah yang lainnya. Dari ke-20 naskah tersebut terdapat 4 naskah mengandung keterangan jam, 16 naskah mengandung keterangan hari, 11 naskah mengandung keterangan pancawara, 19 naskah mengandung keterangan tanggal, 20 naskah mengandung keterangan bulan, 18 naskah mengandung keterangan tahun, 4 naskah mengandung keterangan musim, 5 naskah mengandung keterangan wuku, 5 naskah mengandung keterangan windu, 4 naskah mengandung keterangan tempat, 14 naskah mengandung keterangan sengkalan, dan tidak ada naskah yang mengandung keterangan penyalin atau pengarang. Jadi, unsur-unsur kolofon yang terdapat pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta adalah keterangan jam, keterangan hari, keterangan pancawara, keterangan tanggal, keterangan bulan, keterangan tahun, keterangan musim, keterangan musim, keterangan wuku, keterangan windu, keterangan tempat, dan keterangan sengkalan. Hampir seluruh naskah selalu mencantumkan unsur keterangan hari, sengkalan, tanggal dan bulan dalam kolofonnya. Dan hanya sedikit sekali naskah yang mencantumkan unsur keterangan jam, musim, wuku, windu dan tempat dalam kolofonnya.










c.       Tahun penulisan atau penyalinan naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
Umur naskah pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta berkisar sekitar 100-200 tahun. Hanya saja ada satu naskah yang berumur dibawah 100 tahun yaitu naskah “Babad Adipati Terung” yang baru berumur 78 tahun. Naskah ini merupakan naskah termuda diantara ke-20 naskah yang ada. Sedangkan naskah yang tertua adalah naskah “Serat Babad Tanah Jawa”. Naskah ini berumur hampir 200 tahun yaitu 192 tahun. Untuk naskah-naskah yang lain yaitu berkisar antara 100-200 tahun. Jadi, penulisan atau penyalinan  naskah-naskah ini dilakukan pada tahun 1821 sampai 1935 Masehi.

















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1)      Dari seluruh naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta, terdapat 20 naskah yang mengandung kolofon. Naskah-naskah tersebut yaitu Serat Ambya, Serat Ajisaka Ngejawi, Serat Ajisaka, Serat Aji Pamasa, Babad Mataram, Babad Mataram, Babad Mataram, Babad Madura, Babad Mojopait, Babad Kartosuro (B21b), Babad Kartosuro (B21d), Babad Kartosuro (B21i), Babad Pacina, Babad Sigaluh, Babad Tanah Jawi, Babad Tanah Jawa, Babad Giyanti, Sejarah Empu, Sejarah mawi Piwulang, dan Babad Sedalu.
2)      Unsur-unsur kolofon yang terdapat pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta adalah keterangan jam, keterangan hari, keterangan pancawara, keterangan tanggal, keterangan bulan, keterangan tahun, keterangan musim, keterangan musim, keterangan wuku, keterangan windu, keterangan tempat, dan keterangan sengkalan.
3)      Penulisan atau penyalinan naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dilakukan pada tahun 1821 sampai 1935 Masehi.

B.     Saran
a.       Hal-hal mengenai kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta, perlu dikaji lebih lanjut dan disebar luaskah ke masyarakat.
b.      Perlu dilakukan kembali pengkajian kodikologi khususnya kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.

                                                                                                                  


DAFTAR PUSTAKA

Baried, Prof. Dra. Siti Baroroh dkk.1994.Pengantar Teori Folologi.Yogyakarta : Balai Pustaka Jogja.
P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Mulyadi, Dr. Sri Wulan Rujiati.1994.Kodikologi Melayu di Indonesia.Depok : Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Florida, Nancy K.2000.Javanese Literature in Surakarta Manuscript.USA:Printed in the USA.
Katalog lokal perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
Sutardjo, Imam.2008.Kajian Budaya Jawa. Surakarta : Sastra Daerah FSSR UNS.
Buku catatan harian mata kuliah Kodikologi.





















LAMPIRAN

Description: E:\BlackBerry\pictures\IMG03485-20130620-1059.jpg
Kolofon Serat Ambya

Description: D:\ariii\naskah\kolofon babat madura\SAM_1178.JPG
Kolofon Babad Madura


Description: P1040008.jpg
Kolofon Serat Ajisaka

Description: G:\mangkunegaran\SAM_1150.JPG
Kolofon Babad Kartasura (B21d)




Description: DSC_0000279.jpg
Kolofon Babad Mojopahit

Description: Foto1474
Kolofon Babad Adipati Terung




Description: Description: H:\SAM_1143.JPG
Kolofon Babad Sigaluh

Kolofon Babad Kartasura (B21i)

Description: D:\TIKA\kolofon\Foto-0003.jpg
Kolofon Babad kartasura (B21b)
Description: Foto-0087.jpg
Description: Foto-0087.jpg
Kolofon Sejarah Empu

Description: D:\Visual\Naskah\Originals\kolofon babad giyanti.jpg
Kolofon Babad Giyanti
Description: F:\BlackBerry\pictures\IMG03558-20130702-1027.jpg
Kolofon Serat Ajipamasa




Description: F:\BlackBerry\pictures\IMG03559-20130702-1054.jpg
Kolofon Serat Sejarah mawi Piwulang
Description: F:\BlackBerry\pictures\IMG03568-20130702-1114.jpg
Kolofon Babad Mataram (B10f)





Description: F:\BlackBerry\pictures\winter.jpg
Kolofon Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter



















1 komentar: