KERUKUNAN
Kaya unine siter
Senajan saka senar kang beda
Nuwuhke endahe suwara
Yen kabeh yaga kudu nyuwara
Tanpa genti-genten menehei kalodhangan liyan
Ora bakal nuwuhake lagu
Kang kepenak dirungu
Kaya kartika ing angkasa
Nduweni papan kang merdika
Kaya rembulan lan bagaswara
Ngayahi jejibahan kang ora mesthi padha
Kaya driji-driji tangan
Yen salah sawijine sulaya
Ora bakal duwe kekuwatan
Kerukunan iku kaya hawa
Mlebu-metu bolongane grana
Senajan ora ngawistara
Nggawa irama
Sunardi KS
Penyair : Sunardi KS
Sumber :
Majalah JAYABAYA edisi 4, Minggu Pahing 23
Desenber 2001
5 Rejeb : 1934 Je
Wuku : Galungan
Windu : Adi Masa ka IV
Isi :
Puisi (geguritan) yang berjudul “Kerukunan”
karya Sunardi KS tersebut berisi mengenai
rasa kasih sayang dan kerukunan yang
dimiliki oleh manusia. Meskipun manusia itu terlahir berbeda-beda, tetapi dapat
menumbuhkan kedamaian jika kita saling kasih mengasihi. Tidak akan tercipta
kedamaian jika kita tidak memikirkan sesama dan hanya memikirkan kepentingan pribadi.
Hidup ini diibaratan seperti bintang dilangit yang selalu penuh keindahan. Dan
bagaikan bulan dan matahari yang meskipun fungsinya berbeda tetapi senantiasa
saling bergantian tanpa berseteru. Indahnya kerukunan itu juga diibaratkan
bagaikan jari jemari tangan manusia yang selalu melekat dan bersama. Apapila
salah satu terluka maka tidak akan berfungsi secara sempurna. Begitu juga
dengan kerukunan, apabila masih terdapat egoisme didalam hubungan antar manusia
maka yang terjadi perpecahan. Maka dari itu kerukunan dan rasa kasih sayang
antar manusia itu sangatlah penting karena manfaatnya sangat indah.
Komentar :
Secara tematik atau secara struktur batin puisi, puisi (geguritan) “Kerukunan” tersebut adalah sebagai
berukut :
1.
Tema (sense) :
Tema dari puisi (geguritan) diatas
adalah “kemanusiaan”. Hal ini dikarenakan isi , inti dan yang menjadi pokok
pikiran dari puisi (geguritan) tersebut adalah tantang rasa kasih sayang sesama
manusia. Penyair membuat paradigma bahwa sangat penting sekali rasa solidaritas
dan kasih sayang yang harus dimiliki
oleh setiap manusia didunia. Paradigma ini dibangun dari cara berfikir atau
asumsi dari penyair. Beliau beranggapan bahwa sangatlah indah hubungan antara
manusia jika semuanya dapat saling kasih mengasihi (guyub rukun). Tanpa adanya
kasih sayang sesama manusia, maka tidak akan ada arti kehidupan yang
sesungguhnya. Dan meskipun seluruh umat manusia terlahir berbeda-beda tidak
akan mengurangi indahnya kerukunan jika kita saling kasih mengasihi.
Jika dihubungkan dengan kehidupan
sekarang, pandangan atau asumsi ini sangat tepat sekali. Kita ketahui bahwa di
zaman yang semakin modern ini lebih dominan manusia mementingkan kepentingan
pribadi atau ego masing-masing. Mereka lebih menomor satukan kepentingan
pribadi. Hal ini tentu akan membuat hubungan antara manusia akan merenggang dan
terpecah belah. Oleh karena itu sangat setuju sekali dengan cara pandang
penyair yang diungkapkan melalui puisi (geguritan) tersebut. Jika cara pandang
penyeir yang diungkapkan melalui puisi tersebut dapat diaplikasikan pada
kehidupan saat ini (di zaman yang semakin maju ini), tentu akan menumbuhkan
kerukunan dan kedamaian antara manusia didunia.
2.
Rasa (feeling) :
Sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang ada dalam puisi (geguritan) tersebut adalah perasaan senang dan bahagia. Hal
ini didapatkan dari isi dari teks puisi (geguritan) tersebut. Didalam puisi
(geguritan) “Kerukunan” ini penyair
menggambarkan rasa suka cita dan bahagia dari indahnya kerukunan antara
manusia. Penyair mengibaratkan indahnya kerukunan dan saling kasih sayang itu
merupakan hal yang paling berharga dan tanpa adanya kerukunan dan kasih sayang
kehidupan manusia didunia ini tidak akan ada artinya. Hal ini seperti beberapa
baris berikut :
“Kaya
unine siter
Senajan
saka senar kang beda
Nuwuhke
endahe suwara”
Baris tersebut mengandung arti bahwa
kerukunan dan kasih sayang itu sangan
indah sekali meskipun manusia didunia ini dilahirkan berbeda-beda. Penyair
menyampaikan pandangannya tersebut dengan perasaan senang dan bahagia karena
dengan adanya kerukunan dan kasih sayang dapat menjadikan kedamaian.
3.
Nada (tone) :
Sikap penyair terhadap pembaca yaitu
menasehati dan memberi pengertian kepada pembaca. Penyair memberikan nasehat
dan pengertian tentang penting dan indahnya dari kerukunan dan saling kasih
mengasihi antara sesama manusia.
4.
Amanat (itention) :
Penyair memiliki tujuan khusus yang
mendorong menciptakan puisi “Kerukunan”
ini. Penyair menyampaikan pesan atau amanatnya secara tersirat melalui hasil
geguritannya kepada pembaca. Penyair meyampaikan pentingnya kerukunan dan
saling kasih mengasihi antar sesama. Dengan adanya kerukunan dan kasih sayang
antar sesama hidup ini akan terasa damai. Hidup ini tidak akan ada artinya jika
manusia mementingkan kepentingan pribadi. Kerukunan dan kedamaian juga tidak
akan tercapai apabila hanya sebagian kecil yang sadar akan pentingnya
kebersamaan. Amanat yang ingin disampaikan penyair ini sangat tepat untuk
kehidupan di zaman modern seperti saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar