BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filologi berhubungan erat dengan bahasa, sastra, dan
budaya. Filologi menelaah bahasa, sastra, dan budaya itu dengan bersumber pada
naskah-naskah kuno. Dari naskah-naskah kuno itu dapat diketahui pula
perkembangan bahasa, sastra, budaya, moral, dan intelektual suatu bangsa.
Sasaran dan objek kerja dari ilmu filologi ini salah satunya adalah kodikologi.
Kodikologi adalah ilmu kodeks, sedangkan kodeks
sendiri merupakan bahan tulisan tangan atau menurut The New Oxford Dictionary
(1928) : Manuscript volume, esp of ancient texts ‘gulungan atau buku tulisan
tangan, terutama dari teks-teks klasik’. Kodikologi biasanya bekerja sama dengan bidang
ilmu filologi. Jika filologi mengkhususkan pada pemahaman isi teks/kandungan
teks, kodikologi khusus membahas seluk-beluk dan segala aspek sejarah naskah.
Dari bahan naskah, tempat penulisan, perkiraan penulis naskah, jenis dan asal
kertas, bentuk dan asal cap kertas, jenis tulisan, gambar/ilustrasi, hiasan/illuminasi,
dan lain-lain. Tugas kodikologi selanjutnya adalah mengetahui sejarah naskah,
sejarah koleksi naskah, meneliti tempat2 naskah sebenarnya, menyusun katalog,
nyusun daftar katalog naskah, menyusuri perdagangan naskah, sampai pada
penggunaan naskah-naskah itu.
Salah satu penelitian pada bidang kodikologi ini adalah
pegkajian mengenai kolofon. Kolofon merupakan penjelasan atau keterangan yang
diberikan oleh pengarang atau penyalin yang basanya menjelaskan tempat dan
waktu awal atau akhir penulisan atau juga keterangan-keterangan yang lainnya.
Kolofon biasanya terletak di akhir naskah, namun sering juga dijumpai di awal
naskah.
Di dalam naskah tidak selalu terdapat nama penilis,
penyalin atau keterangan-keterangan lainnya. Jika informasi itu ada, antara
lain dapat ditemukan pada awal teks atau akhir teks. Keterangan lain yang kita
peroleh dapat terdiri atas tempat penulisan, tanggal dan tempat penyalinan.
Tanggal biasanya lengkap tetapi kadang juga tidak. Kadang-kadang juga terdapat
penyebutan nama orang yang meminta penulisan maupun penyalinan naskah tertentu.
Ada juga yang mencantumkan nama pemilik naskah.
Jika pada suatu naskah ada kolofonnya otomatis akan
memperluas pengetahuan kita mengenai asal usul naskah dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk menentukan umur naskah. Dari berbagai hal tersebut jelas
bahwa kolofon ini sangat penting untuk di kaji secara kodikologis sehingga kita
bisa mengetahui naskah mana saja yang mengandung kolofon serta berapa saja umur
suatu naskah.
Museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta
merupakan salah satu museum di Indonesia yang memiliki ribuan koleksi naskah
terutama naskah-naskah Jawa. Naskah-naskah yang terdapat disana sangatlah
banyak, tetapi tidak semua naskah yang ada mengandung kolofon terutama pada
naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi. Naskah-naskah kategori
sejarah yang sudah ditranskripsi yang terdapat di museum Reksapustaka ini
sangat menarik apabila dikaji kolofon dari segi kodikologis. Naskah sejarah
merupakan naskah yang penting bagi dunia sastra Jawa. Dengan naskah sejarah
kita dapat mengetahui dan memahami sejarah di masa lalu sehingga kita dapat
mengambil keputusan lebih bijak di masa yang akan datang.
Dikarenakan pentingnya naskah sejarah, maka sangat
cocok sekali apabila naskah transkripsi kategori sejarah di museum Reksapustaka
Pura Mangkunegaran Surakarta ini di kaji secara kodikologis dalam hal
kolofonnya. Hal ini mengingat bahwa kolofon memiliki peran yang sangat penting
terhadap informasi dunia pernaskahan. Selain itu perhatian mengenai keberadaan
umur naskah juga sangat kurang sehinga dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan perhatian kita di dunia pernaskahan terutama naskah
sejarah yang sudah ditranskripsi pada museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran
Surakarta.
B. Rumusan
Masalah
Berdasar latar belakang masalah
yang ada, maka
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Naskah
apa sajakah yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah
ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta ?
b. Apa
sajakah unsur-unsur pada kolofon naskah kategori sejarah yang sudah
ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta ?
c. Kapan
naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 –
B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta ditulis atau disalin ?
C.
Tujuan
Dengan
adanya rumusan masalah tersebut maka dapat diperoleh tujuan penulisan yaitu sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui naskah apa saja yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah
yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka
Pura Mangkunegaran Surakarta.
b. Untuk
memberikan gambaran mengenai unsur-unsur kolofon pada naskah kategori sejarah
yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka
Pura Mangkunegaran Surakarta.
c. Untuk
memberikan gambaran mengenai kapan naskah-naskah kategori sejarah yang sudah
ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta ditulis atau disalin.
D.
Batasan Masalah
Agar
tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
maka penulis membatasi permasalahan pada:
a. Kajian
kodikologi yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai kolofon yang
terdapat didalam naskah. Selain penelitian kolofon dapat dikaji oleh peneliti kodikologi
selanjutnya.
b. Kajian
kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah di transkripsi pada nomor
katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Untuk
nomor katalog dan jenis naskah selain tersebut dapat dikaji oleh peneliti
selanjutnya.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. PENGERTIAN
KOLOFON
Kolofon adalah catatan waktu penulisan naskah,
umumnya kolofon terletak pada akhir atau awal naskah atau terbitan. Kolofon
berisi tentang keterangan mengenai tempat, waktu, dan penyalin naskah. Selain
itu ada juga kolofon yang didalamnya mengandung nama dari pengarang serta
identitasnya.
B. BAGIAN-BAGIAN
DALAM KOLOFON
Kolofon berperan sangat penting untuk informasi.
Didalam kolofon terdapat berbagai macam keterangan-keterangan mengenai
penulisan naskah. Kofolon dalam naskah Jawa dalam pemberian informasi penulisan
naskah memiliki keunikan tersendiri karena naskah Jawa data yang lebh variatif
dan beraneka ragam dibandingkan dengan kolofon dari naskah daerah lain.
Beberapa bagian yang terletak didalam kolofon naskah
Jawa adalah :
v NAMA-NAMA
HARI
1. Pancawara
Selain
hari biasa, orang Jawa juga mengenal yang mananya hari pasaran 5 atau disebut
juga dengan pancawara. Hari pasaran 5
ini juga berhubungan dengan unsur kosmis, jagad
gedhe dan jagad cilik. Hari pasaran 5 menunjukkan letak atau susunan peta dhusun di Jawa yang berhubungan dengan
kiblat atau arah angin. Pancawara terdiri dari lima yaitu :
-
Legi
Manis, Putihan
-
Pahing
Jenar, Abritan
-
Pon
Palguna, Kuningan
-
Wage
Cemengan
-
Kliwon
Kasih
2. Saptawara
Pada
zaman dahulu susunan negeri masih bersifat lokal, bisa disebut masa kabuyutan karena sistem kerajaan adalah
pengaruh Hindu. Lalu mulai dikenal adanya hati tujuh atau Saptawara yaitu :
-
Radhite
Matahari, Ahad
-
Soma
Rembulan, Senin
-
Anggara
Mars, Selasa
-
Buda
Merkurius, Rabu
-
Respati
Jupiter, Kamis
-
Sukra
Venus, Jum’at
-
Tumpak
Saturnus, Sabtu
3. Sadwara
Sadwara
juga merupakan nama hari menurut orang Jawa. Sadwara adalah hari enam atau yang
disebut juga dengan Parikelan. Sadwara
juga dipakai orang Jawa pada zaman juna yaitu kabuyutan. Nama-nama hari dalam sadwara adalah :
-
Tungle
-
Aryang
-
Warungkung
-
Paningron
-
Uwas
-
Mawula
4. Nawawara
Nawawara
jarang digunakan oleh masyarakat Jawa dan penggunaannya tidak begitu popular.
Nawawara merupakan hari sembilan yang juga dipakai pada zaman kuna yaitu
kabuyutan, nama-namanya adalah :
-
Dangu
-
Jagur
-
Giris
-
Kerangan
-
Wogan
-
Tohari
-
Tulus
-
Wurung
-
Dadi
v NAMA-NAMA
BULAN
Dalam
satu tahun ada duabelas bulan. Pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyakrakusuma dari Mataram, sejak 1633 ditetapkan perubahan tarikh bulan,
yaitu tanggal 1 bulan 1 Jawa dinamakan bulan Sura, jatuh waktunya sama dengan 1 Muharam, nama-nama bulan yang
lain juga disesuaikan dan pergantian hari mengikuti bulan, jadi pada sore hari.
Hal ini dilakukan untuk lebih memperkuat persatuan bangsa untuk melawan ancaman
penjajahan dengan upaya menyatukan umat Islam Mataram dengan Banten.
Bulan
Jawa yang sekarang masih berlaku, yang juga merupakan petunjuk suklus kehidupan
manusia yaitu : Sura, Sapar, Mulud,
Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal, Dulkaidah, dan
Besar.
v NAMA-NAMA
TAHUN JAWA
Tahun
jawa merupakan kalender asli Jawa yang memperoleh pengaruh dari Hindu. Didalam
tahun Jawa ada 8 (delapan), yaitu : Alip,
Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakhir.
v NAMA-NAMA
MANGSA (MUSIM)
Didalam
satu tahun ada 4 musim yang dari masing-masing musim tersebut terdapat 3
mangsa. Jadi dalam satu tahun ada 12 mangsa. Lama tiap mangsa tudaklah sama,
tergantung dari ukuran pecak, yaitu panjangnya bayangan orang ditengah hari,
satu pecak kira-kira 25cm. Empat musim itu adalah : Katiga, Labuh, Rendheng, dan Mareng.
Sedangkan 12 mangsa tersebut adalah :
-
Kasa (Kartika)
-
Karo (Pusa)
-
Katelu / Katiga (Manggasri)
-
Kapat (Sitra)
-
Kalima (Manggakala)
-
Kanem (Naya)
-
Kapitu (Palguna)
-
Kawolu (Wisaka)
-
Kasanga (Jita)
-
Kasepuluh / Kadasa (Srawana)
-
Kadhesta / Kasewelas (Padrawana)
-
Kasadha / Karolas (Asuji)
v NAMA-NAMA
WUKU
Sejak
zaman Medang Kamulan, selain nama-nama hari dan bulan ada juga wuku yang
jumlahnya 30 buah. Setiap wuku berlaku untuk satu minggu. Nama-nama wuku
tersebut mengambil dari nama-nama Prabu Watugunung yang isterinya 2 dan anaknya
berjumlah 27. Nama-nama wuku tersebut adalah :
1. Sinta 16.
Pahing
2. Landhep 17.
Kuruwelut
3. Wukir 18.
Marakeh
4. Kuranthil 19. Tambir
5. Tolu 20.
Medangkungan
6. Gumbreg 21. Maktal
7. Warigalit 22. Wuye
8. Warigagung 23. Menahil
9. Julungwangi 24. Prangbakat
10. Sungsang 25. Bala
11. Galungan 26. Wugu
12. Kuningan 27. Wayang
13. Langkir 28. Kulawu
14. Mandasiya 29. Dhukut
15. Julungpujut 30. Watugunung
v NAMA-NAMA
WINDU
Windu adalah istilah untuk
selang waktu selama 8 tahun.
Menurut Penanggalan Jawa, yang dirombak dan
disempurnakan oleh Sultan Agung, raja Kesultanan Mataram, satu windu terdiri
dari delapan tahun dengan nama-tahun: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu,
dan Jimakir. Sebagai pembanding, sistem penanggalan Tiongkok
dan Jepang
menggunakan siklus dua belas tahun dengan menggunakan lambang-lambang binatang
untuk memberi ciri kehidupan yang mungkin terjadi pada tahun-tahun yang
bersangkutan.
Windu
juga memiliki siklus, yang terdiri dari empat siklus, yang masing-masing
dinamakan Windu Adi, Kunthara, Sengara, dan Sancaya. Jadi, satu siklus memakan
waktu 32 tahun.
Dalam
perombakan kalender Jawa yang diadakan pada tahun 1633 Masehi (1555 tahun Saka)
ini, Sultan Agung juga membagi satu pekan (peken) menjadi lima hari:
Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Ini mewarisi pengaruh penanggalan Saka
yang berlaku sebelumnya. Waktu selang satu tahun dibagi menjadi dua belas
bulan, sama halnya dengan sistem penanggalan berdasarkan bulan pada umumnya
(mirip seperti yang dipakai pada sistem tahun Tiongkok dan tahun Hijrah).
Lamanya waktu 1 tahun pada kalender bulan ini lebih sedikit dari tahun tahun Masehi
(yang menggunakan patokan matahari). Yaitu, secara umum, tiap satu tahun Saka
(Jawa), kira-kira, akan 10 atau 11 hari lebih pendek daripada tahun Masehi.
v NAMA
PENYALIN ATAU PENGARANG
Tidak
semua kolofon menyebutkan nama penyalin ataupun pengarang dari suatu naskah.
Bahkan sangat jarang sekali kolofon yang mengandung nama penyalin ataupun
pengarang. Hal ini disebabkan para pengarang terdahulu dengan sengaja
menyembunyikan identitasnya. Sebaliknya, jika mereka menampakkan diri yang
dicantumkan melalui kolofon, ada juga yang menyebutkan identitasnya secara
lengkap. Tetapi ini jarang sekali di temukan dalam naskah-naskah Jawa.
C. MANFAAT
KOLOFON PADA NASKAH
Kolofon memberikan sumbangan manfaat yang besar
dalam naskah. Beberapa manfaatnya antara lain :
a. Mengetahui
dimana tempat penulisan naskah di masa lampau.
b. Mengetahui
waktu penulisan naskah.
c. Mengetahui
nama penyalin atau pengarang suatu naskah.
d.
Membantu melestarikan keberadaan naskah.
e.
Mengetahui sejarah dan asal usul naskah.
f. Mengetahui
umur suatu naskah.
g. Dll.
BAB III
PEMBAHASAN
A. SAJIAN
DATA
Naskah-naskah Jawa banyak yang tersimpan di
perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Disana naskah disimpan
dan dirawat sebaik mungkin. Bermacam-macam naskah tersimpan disana, baik naskah
carik, cetak, naskah asli maupun naskah salinan. Berbagai kategori naskah juga
tersimpan rapi disana baik kategori pewayangan, sejarah, pariwisata, sastra,
piwulang, dan lain-lain. Berikut sajian data dalam penelitian kodikologi dari
segi kolofon pada naskah transkripsi kategori sejarah kategori sejarah pada
nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta :
a) Naskah
kategori sejarah pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta.
1. Serat
Ambya, bernomor katalog B1a NN MS/J.
2. Serat
Ambya, bernomor katalog B1b NN MS/J.
3. Serat
Ambya, bernomor katalog B1c NN MS/J.
4. Serat
Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
5. Serat
Ambya, bernomor katalog B1e NN MS/J.
6. Serat
Ambya Ayub, bernomor katalog B1f NN MS/J.
7. Serat
Anglingdarma, bernomor katalog B2a NN MS/J.
8. Serat
Anglingdarma, bernomor katalog B2b NN MS/J.
9. Serat
Anglingdarma, bernomor katalog B2c NN MS/J.
10. Serat
Anglingdarma, bernomor katalog B2d NN MS/J.
11. Cariyos
Lelampahanipun Raja Anglingdarma ing Nagari Malawapati, bernomor katalog B3 NN
MS/J.
12. Serat
Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
13. Serat
Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4b NN MS/J.
14. Serat
Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4c NN MS/J.
15. Serat
Ajisaka, bernomor katalog B5a NN MS/J.
16. Serat
Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
17. Serat
Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
18. Serat
Aji Pamasa, bernomor katalog B6b NN MS/J.
19. Babad
Kemalon, bernomor katalog B7.
20. Babad
Ila-ila, bernomor katalog B8 NN MS/J.
21. Babad
Lengenharjo, bernomor katalog B9 NN MS/J.
22. Babad
Mataram, bernomor katalog B10a NN MS/J.
23. Babad
Mataram, bernomor katalog B10b NN MS/J.
24. Babad
Mataram, bernomor katalog B10c NN MS/J.
25. Babad
Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
26. Babad
Mataram, bernomor katalog B10e NN MS/J.
27. Babad
Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
28. Babad
Mataram, bernomor katalog B10g NN MS/J.
29. Babad
Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
30. Babad
Mataram, bernomor katalog B10i NN MS/J.
31. Babad
Kanjeng Sultan Mangkubumi ing Mataram, bernomor katalog B11 NN MS/J.
32. Babad
Pangeran Diponegoro ing Mataram, bernomor katalog B12 NN MS/J.
33. Babad
Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
34. Citrosentono
Babad Mangkunegaran VII, bernomor katalog B14 NN MS/J.
35. Babad
Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
36. Babad
Mojopait, bernomor katalog B15b NN MS/J.
37. Babad
pajang, bernomor katalog B16a NN MS/J.
38. Babad
pajang, bernomor katalog B16c NN MS/J.
39. Babad
Panambangan, bernomor katalog B17.
40. Babad
Panambangan, bernomor katalog B18a NN MS/J.
41. Babad
Panambangan, bernomor katalog B18b NN MS/J.
42. Babad
Prayut, bernomor katalog B19 NN MS/J.
43. Babad
Itih, bernomor katalog B20a NN MS/J.
44. Babad
Itih, bernomor katalog B20b NN MS/J.
45. Babad
Itih, bernomor katalog B20c NN MS/J.
46. Babad
Itih, bernomor katalog B20d NN MS/J.
47. Babad
Itih, bernomor katalog B20e NN MS/J.
48. Babad
Itih, bernomor katalog B20f NN MS/J.
49. Babad
Itih, bernomor katalog B20g NN MS/J.
50. Babad
Itih, bernomor katalog B20h NN MS/J.
51. Babad
Itih, bernomor katalog B20i NN MS/J.
52. Babad
Itih, bernomor katalog B20j NN MS/J.
53. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21a NN MS/J.
54. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
55. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21c NN MS/J.
56. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J.
57. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21e NN MS/J.
58. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21f NN MS/J.
59. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21g NN MS/J.
60. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21h NN MS/J.
61. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J.
62. Babad
Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J
63. Babad
Sangkolo, bernomor katalog B23 NN MS/J.
64. Babad
Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
65. Babad
Sigaluh, bernomor katalog B24b NN MS/J.
66. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25a NN MS/J.
67. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25b NN MS/J.
68. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25c NN MS/J.
69. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25d NN MS/J.
70. Banjaransari,
bernomor katalog B26a NN MS/J.
71. Banjaransari,
bernomor katalog B26b NN MS/J.
72. Banjaransari,
bernomor katalog B26c NN MS/J.
73. Babad
KGPAA Mangkunegoro, bernomor katalog B27 NN MS/J.
74. Babad
tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
75. Babad
Nitik, bernomor katalog B29 NN MS/J.
76. Babad
Adipati Terung, bernomor katalog B30 NN MS/J.
77. Babad
Demak, bernomor katalog B31 NN MS/J.
78. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
79. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32b NN MS/J.
80. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32c NN MS/J.
81. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32d NN MS/J.
82. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32e NN MS/J.
83. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
84. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32g NN MS/J.
85. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32h NN MS/J.
86. Serat
Pengetan Wiyosanipun para Putra Dalem, bernomor katalog B33 NN MS/J.
87. Serat
Pengetan Wiyosanipun para Putra dalem Mangkunegara IV, V, VII, bernomor katalog
B34 NN MS/J.
88. Serat
Pengetan Wiyosanipun tuwin Pawukonipun para Luhur, bernomor katalog B35 NN MS/J.
89. Serat
Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36a NN MS/J.
90. Serat
Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36b NN MS/J.
91. Sejarah
Sultan Ngayogyakarta kaping IV tuwin V, bernomor katalog B37.
92. Sejarah
Arun Wijining Kraton Wiwit Kyai Ageng Tarub, bernomor katalog B38 NN MS/J.
93. Sengkalanipun
para Ratu ingkang Jumeneng ing Tanah Jawi, bernomor katalog B39 NN MS/J.
94. Sejarah
Empu, bernomor katalog B40 NN MS/J.
95. Sejarah
Empu, bernomor katalog B41 NN MS/J.
96. Sejarah
mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
97. Sejarahing
Yasadiningratan, bernomor katalog B43 NN MS/J.
98. Sarasilahipun
Raden Mas Tumenggung Kusumodiningrat, bernomor katalog B44 NN MS/J.
99. Sarasilah
Jawi-Arab, bernomor katalog B45 NN MS/J.
100.
Babad Pamiwahanipun KGPAA Prabu
Prangwadono, bernomor katalog B46 NN MS/J.
101.
Babad Sedalu, bernomor katalog B47 NN
MS/J.
102.
Komite Ranggawarsitan, bernomor katalog
B49a.
103.
Komite Ranggawarsitan, bernomor katalog
B49b.
104.
Tembung Andupara, bernomor katalog B50.
b) Naskah
kategori sejarah yang sudah di transkripsi pada nomor katalog B1 – B50 di
museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
1. Serat
Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
2. Serat
Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
3. Serat
Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
4. Serat
Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
5. Serat
Aji Pamasa, bernomor katalog B6b NN MS/J.
6. Babad
Ila-ila, bernomor katalog B8 NN MS/J.
7. Babad
Lengenharjo, bernomor katalog B9 NN MS/J.
8. Babad
Mataram, bernomor katalog B10a NN MS/J.
9. Babad
Mataram, bernomor katalog B10b NN MS/J.
10. Babad
Mataram, bernomor katalog B10c NN MS/J.
11. Babad
Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
12. Babad
Mataram, bernomor katalog B10e NN MS/J.
13. Babad
Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
14. Babad
Mataram, bernomor katalog B10g NN MS/J.
15. Babad
Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
16. Babad
Mataram, bernomor katalog B10i NN MS/J.
17. Babad
Kanjeng Sultan Mangkubumi ing Mataram, bernomor katalog B11 NN MS/J.
18. Babad
Pangeran Diponegoro ing Mataram, bernomor katalog B12 NN MS/J.
19. Babad
Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
20. Citrosentono,
bernomor katalog B14 NN MS/J.
21. Babad
Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
22. Babad
Mojopait, bernomor katalog B15b NN MS/J.
23. Babad
pajang, bernomor katalog B16a NN MS/J.
24. Babad
pajang, bernomor katalog B16c NN MS/J.
25. Babad
Panambangan, bernomor katalog B17 NN MS/J.
26. Babad
Panambangan, bernomor katalog B18a NN MS/J.
27. Babad
Panambangan, bernomor katalog B18b NN MS/J.
28. Babad
Prayut, bernomor katalog B19 NN MS/J.
29. Babad
Itih, bernomor katalog B20a NN MS/J.
30. Babad
Itih, bernomor katalog B20b NN MS/J.
31. Babad
Itih, bernomor katalog B20c NN MS/J.
32. Babad
Itih, bernomor katalog B20d NN MS/J.
33. Babad
Itih, bernomor katalog B20e NN MS/J.
34. Babad
Itih, bernomor katalog B20f NN MS/J.
35. Babad
Itih, bernomor katalog B20g NN MS/J.
36. Babad
Itih, bernomor katalog B20h NN MS/J.
37. Babad
Itih, bernomor katalog B20i NN MS/J.
38. Babad
Itih, bernomor katalog B20j NN MS/J.
39. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21a NN MS/J.
40. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
41. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21c NN MS/J.
42. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J.
43. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21e NN MS/J.
44. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21f NN MS/J.
45. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21g NN MS/J.
46. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21h NN MS/J.
47. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J.
48. Babad
Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J.
49. Babad
Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
50. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25a NN MS/J.
51. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25b NN MS/J.
52. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25c NN MS/J.
53. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25d NN MS/J.
54. Banjaransari,
bernomor katalog B26a NN MS/J.
55. Banjaransari,
bernomor katalog B26c NN MS/J.
56. Babad
KGPAA Mangkunegoro, bernomor katalog B27 NN MS/J.
57. Babad
tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
58. Babad
Nitik, bernomor katalog B29 NN MS/J.
59. Babad
Adipati Terung, bernomor katalog B30 NN MS/J.
60. Babad
Demak, bernomor katalog B31 NN MS/J.
61. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
62. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32b NN MS/J.
63. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32c NN MS/J.
64. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32d NN MS/J.
65. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32e NN MS/J.
66. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
67. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32g NN MS/J.
68. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32a NN MS/J.
69. Serat
Pengetan Wiyosanipun para Putra Dalem, bernomor katalog B33 NN MS/J.
70. Serat
Pengetan Wiyosanipun para Putra dalem Mangkunegara IV, V, VII, bernomor katalog
B34 NN MS/J.
71. Serat
Pengetan Wiyosanipun tuwin Pawukonipun para Luhur, bernomor katalog B35 NN
MS/J.
72. Serat
Napoleon Bonaparte, bernomor katalog B36 NN MS/J.
73. Sejarah
Arun Wijining Kraton Wiwit Kyai Ageng Tarub, bernomor katalog B38 NN MS/J.
74. Sejarah
Empu, bernomor katalog B40 NN MS/J.
75. Sejarah
mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
76. Babad
Pamiwahanipun KGPAA Prabu Prangwadono, bernomor katalog B46 NN MS/J.
77. Babad
Sedalu, bernomor katalog B47 NN MS/J.
78. Komite
Ranggawarsitan, bernomor katalog B49a NN MS/J.
B. ANALISIS
DATA
a.
Naskah
yang mengandung kolofon pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi
pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran
Surakarta.
Dari
berbagai naskah yang ada pada kategori naskah sejarah yang sudah ditranskripsi
pada nomor katalog B1 – B50 yang tersimpan di museum Reksapustaka, maka dapat
diperoleh data bahwa tidak semua naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi
pada nomor katalog B1 – B50 mengandung kolofon. Naskah yang mengandung kolofon hanya
ada 20 naskah, beberapa naskah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Serat
Ambya, bernomor katalog B1d NN MS/J.
2. Serat
Ajisaka Ngejawi, bernomor katalog B4a NN MS/J.
3. Serat
Ajisaka, bernomor katalog B5b NN MS/J.
4. Serat
Aji Pamasa, bernomor katalog B6a NN MS/J.
5. Babad
Mataram, bernomor katalog B10d NN MS/J.
6. Babad
Mataram, bernomor katalog B10f NN MS/J.
7. Babad
Mataram, bernomor katalog B10h NN MS/J.
8. Babad
Madura, bernomor katalog B13 NN MS/J.
9. Babad
Mojopait, bernomor katalog B15a NN MS/J.
10. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21b NN MS/J.
11. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21d NN MS/J
12. Babad
Kartosuro, bernomor katalog B21i NN MS/J
13. Babad
Pacina, bernomor katalog B22 NN MS/J.
14. Babad
Sigaluh, bernomor katalog B24a NN MS/J.
15. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B25 NN MS/J.
16. Babad
Tanah Jawi, bernomor katalog B28 NN MS/J.
17. Babad
Giyanti, bernomor katalog B32f NN MS/J.
18. Sejarah
Empu, bernomor katalog B41 NN MS/J.
19. Sejarah
mawi Piwulang, bernomor katalog B42 NN MS/J.
20. Babad
Sedalu, bernomor katalog B47 NN MS/J.
b.
Unsur-unsur
kolofon yang terdapat pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi
pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
1. Serat
Ambya
Judul naskah : Serat Ambya
Nomor
Katalog : B 1 d NN, Serat
Ambya, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN280 B1d SMP 219/4 (Katalog Nency).
Deskripsi Kolofon :
“Kasmaran
tanggal ping kalih, gara wage wulan rajab, warsa dal ing sengkalane, wani trus sabdaning
nata, ing Prawiranagaran, kaping pat panumpingipun, nedhak mangun srat Ambya.”
Transliterasi :
Sekar Asmaradana pada
tanggal kedua, Selasa Wage bulan Rajab, tahun Dal disengkalannya, berani karena
nasehat Raja, di Prawiranagaran, keempat penyelesaiannya, menulis serat Ambya.
“Selasa Wage, 2 Rajab Dal 1791 (23 Desember 1862)di Prawinagaran
Surakarta”
Sangkala
: Wani Trus Sabdaning Nata
1 9 7 1
Serat Ambya ditulis
pada hari Selasa Wage, tanggal 2, bulan Rajab, tahun Dal 1791 (23 Desember
1862).
Serat Ambya ditulis di
Prawinagaran Surakarta.
2. Serat
Ajisaka Ngejawi
Judul naskah : Serat Ajisaka Ngejawi
Nomor
Katalog : B 4 a NN, Serat
Ajisaka Ngejawi, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN180 B4a SMP 49/2 (Katalog
Nency).
Deskripsi Kolofon :
“Rikala
awit anedhak, srat Ajisaka Ngejawi, Dite manis kaping rolas, wulan Ramelan
marengi, nuju taun Jimakir, sengkala nira cinatur, catur trus sabdaning nata, sewu
pitungatus mangkin, sangangdasa sekawan ing sirahira.”
Transliterasi :
Ketika mulai menulis,
serat Ajisaka Ngejawi, Minggu Legi kedua belas, bulan Ramelan memperbolehkan,
menuju tahun Jimakir, sengkalannya terucapkan, mengucapkan terus nasehat Raja, seribu
tujuh ratus, sembilan puluh empat di tulisannya.
“Dite Manis, 12 Ramelan Jimakir 1794 (28 januari 1866)”
Sangkala
: Catur trus Sabdaning Nata
1 9 7 1
Serat Ajisaka Ngejawi
disalin pada hari Minggu Legi, tanggal 12, bulan Ramelan, tahun Jimakir 1791 (28
Januari 1866).
3. Serat
Ajisaka
Judul naskah : Serat Ajisaka
Nomor
Katalog : B 5 b NN, Serat
Ajisaka, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN183 B5b SMP 50/2 (Katalog
Deskripsi Kolofon :
“Neher
duk murwa gupita, Ri kemis rabah sabtenjing, mangsa ro wuku selarga, kaping rum
rabingulakhir, wawu warsa marengeng, yen mosik sabdaning ratu, wuryaning kang
pustaka, duk Ajisaka ngejaweng.”
Transliterasi :
Pada awal saat menulis,
hari Kamis pukil 7 pagi, dengan perhitungan Mangsa kedua wuku selarga, keenam
bulan rabiul akhir, tahun wawu saat pancaroba, jika bergerak dari nasehat raja,
jadinya buku, ya Ajisaka Ngejaweng.
“Pukul
7 pagi, Mangsa kedua, wulu selarga, 6 Rabingulakhir Wawu 1761 (22 Agustus
1833)”
Sangkala
: Janma osik Sabdaning Ratu
1 6 7 1
Serat Ajisaka ditulis
pada pukul 7 pagi, pada saat mangsa Kedua, wuku Selarga, tanggal 6, bulan
Rabingulakhir, tahun Wawu 1761 (22 Agustus 1833)
4. Serat
Ajipamasa
Judul naskah : Serat Ajipamasa
Nomor
Katalog : B 6 a NN, Serat
Ajipamasa, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN22 B6a SMP 6/3;R179/11 (Katalog
Nency).
Deskripsi
Kolofon :
“Titining
kang panitra Respati nuju, ping catur sapar kang sasi, Edal sangkalaning taun
“Tata Harjo Ngesthi Siwi” ya wir sungun ma kawinot.”
Transliterasi :
Waktu yang tepat menuju
hari Kamis, keempat bulan Sapar, Dal sengkalan tahunnya “Tata Harjo Ngesthi
Siwi” iya itu yang dianut.
“Respati,
4 Sapar Dal 1815 (13 November 1855)”
Sangkala
: tata raharjo ngesthi siwi
5
1 8 1
Serat Ajipamasa ditulis
pada hari Kamis (Respati), tanggal 4 bulan Sapar tahun Dal 1851 (13 November
1855).
5. Babad
Mataram
Judul naskah : Babad Mataram
Nomor
Katalog : B 10 d NN, Babad
Mataram, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN198 B10d SMP 55/6-56/1;R180/30
(Katalog Nency).
Deskripsi
Kolofon :
“Punika wiwit panedhakipun wulan
siyam kaping 2 warsa wawu, angka : 1801”
Transliterasi
:
Ini
mulai disalin pada bulan Siyam kedua tahun wawu, angka :1801
“2 Siyam Wawu 1801 (3 November 1872)”
Babad Mataram salin
pada tanggal 2, bulan Siyam, tahun Wawu 1801 (3 November 1872).
6. Babad
Mataram
Judul naskah : Babad Mataram
Nomor
Katalog : B 10 f NN, Babad
Mataram, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN205 B10f SMP 53/4;R180/25
(Katalog Nency).
Deskripsi
Kolofon :
“Purwaning reh kang ing ngadu
manis, anujwa ri sabtu jam sangenjang, ing wular rajib ri kang lek, tanggal
kaping tri nuju, ing kuningan kalima akhir, taun wawu senggara, ing
sengkalanipun, nabi nem amulang raja, anedhak srat babad awaling matawis, duk
mangyasani kitha”
Transliterasi
:
Dibuka
dengan tembang Dandanggula, menuju hari sabtu jam 9 pagi, dibulan Rajab, pada
tanggal ketiga,wuku kuningan kelima akhir, tahun Wawu, di sengkalannya, nabi
enam mengajarkan rasa (batin), menyalin serat Babad awal Mataram, yang menjadi
kota besar.
“Pukul
9, Sabtu, 3 Rejeb, wuku Kuningan, Wawu 1761 (15 November 1833)”
Sangkala
: nabi nem amulang rasa
1
6 7 1
Babad Mataram disalin
pada pukul 9 pagi, hari sabtu, tanggal 3 bulan Rejeb, wuku Kuningan, tahun Wawu
1761 (15 November 1833).
7. Serat
Babad Madura
Judul naskah : Babad Madura
Nomor
Katalog : B 13 NN, Babad
Madura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN219 B13 SMP 55/5 (Katalog Nency).
Deskripsi
Kolofon :
“titi tamat panyuratnya srat babat ing
madureki senen wage ping sekawan ing wulan rabingulakir taun dal amapangi windu
kuntara lumaku sengkalane pinetanga jaran nenem kreta siji kang raka kinen
mring nagri ing madura.”
Transliterasi
:
Telah
sampai waktu habisnya penulisan serat babad di Madura ini Senin Wage keempat di
bulan Rabingulakir tahun Dal windu Kuntara berjalan sengkalannya juda enam
kereta satu yang selalu berbakti kepada negeri di Madura”
“Senin wage, 4 Rabingulakir Dal Windu Kuntara 1767
(17 Juni 1839)
Sangkala
: jaran nenem kreta siji
7
6 7 1
Babad Madura ditulis
pada hari Senin Wage, tanggal 4 bulan Rabingulakir, tahun Dal, windu Kuntara
1767 (17 Juni 1839).
8. Serat
Babad Tanah Jawi
Judul naskah : Serat Babad Tanah Jawi
Nomor
Katalog : B 28 NN, Babad
Tanah Jawi, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN240 B28 SMP 58/1;R180/33
(Katalog Nency).
Deskripsi kolofon :
“Ingsun
amiwiti nulis, sekar asmaradana, pukul sadasa wancine, Jumuah pon dintenira,
tanggal ping tigang dasa, Dulkangidah wulanipun, lan Alip kang lumagya.
Sangkala
ingkang winarni, sewu wolung atus dasa, tunggal iku langkunge, gumantya wulan
walanda, oktober kang lumagya, tiga welas tanggalipun, , angganira kang
winarna.
Angka
sewu kang lumaris, wolung atus wolung dasa, kakalih iku langkunge, tungle pan
ing wukonira, kalima mangsanira, punika tetkalanipun, anurat serat punika.”
Terjemahan :
Saya memulai menulis,
tembang asmaradana, Jum’at Pon harinya, tanggal ketiga puluh, Dulkangidah
bulannya, dan Alip yang berbahagia.
Sengkalan yang beragam,
seribu delapan ratus sepuluh, satu itu lebihnya, sama dengan bulan orang
Belanda, oktober yang terjadi, tiga belas tanggalnya, angan-angannya beraneka
ragam.
Angka seribu yang
tercatat, delapan ratus delapan puluh, dua itu lebihnya, tungle itu wukunya,
kelima mangsanya, itulah waktunya, penyalinan serat ini.
“Pukul
10, Jum’at Pon, 30 dulkangidah Alip 1811, wuku Tungle, mangsa Kalima (13
Oktober 1882)”
Babad Tanah Jawi
disalin pada pukul 10 hari Jum’at Pon, tanggal 30 bulan Dulkangidah, wuku
Tungle, mangsa Kalima, tahun Alip 1811 (13 Oktober 1882).
9. Babad
Mojopahit : Wiwit Prabu Majapahit Wekasan dumugi Demak Pungkasan.
Judul naskah : Babad Mojopahit
Nomor
Katalog : B 15 a NN, Babad
Mojopahit, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN196 B15a SMP 52/2 (Katalog
Nency).
Deskripsi kolofon :
“Punika
wiwit pênyêratipun ditên sêtu kaping 25 wulan rabirulakir warsa Be 1800 saka /
1871 masehi.
Terjemahan :
Ini mulai penulisannya
hari Sabtu ke 25 bulan Rabinguilakir tahun Be 1800 saka atau 1871 masehi.
“Setu,
25 Rabingulawal Be 1800 (15 Juli 1871)”
Babad Mojopahit ditulis
pada hari Sabtu, tanggal 25 bulan Rabingulawal tahun Be 1800 (15 Juli 1871).
10. Babad
Kartasura : Wiwit badhe panyelongipun pangerat Mangkunegara dumugi Den Dipati
Natakusuma Ngurag dhumateng Semawis kapisan.
Judul
naskah : Babad Kartosuro
: Wiwit badhe panyelongipun pangerat Mangkunegara dumugi Den Dipati Natakusuma
Ngurag dhumateng Semawis kapisan.
Nomor
Katalog : B 21 i NN, Babad
Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN185 B21i SMP 50/4;R180/18
(Katalog Nency).
Deskripsi
kolofon :
“Jumuwah wage tinulis, megengan ing wulan siyam, taun Je
hakaro mangsane, windunipun kunthara, hanenggih sinengkallan, sir sasaga swara
Ratu, sewu Tungatus wolong dasa.”
Transliterasi
:
Di
tulis jumat wage, megengan bulan puasa, tahun Je mangsa ke dua, windunya
kunthara, yaitu dengan sengkalan, Sir Sasaga Swara Ratu, seribu tujuh ratus delapan
puluh.
“Jumuwah
Wage, Siyam Je, mangsa Kaloro, windu Kuntara 1780 (Juli 1852)”
Sangkala : Sirna naga swara ratu
0
8 7 1
Babad Kartasuro ditulis
pada hari Jum’at Wage, bulan Puasa (Siyam), musim Kedua, windu Kuntara, tahun
Je 1780 (Juli 1852)
11. Serat
Babad Tanah Jawa
Judul
naskah : Babad Tanah Jawa
Nomor
Katalog : B 25 NN, Babad
Tanah Jawa, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN188 B25 SMP 50/7-51/1 (Katalog
Nency).
Deskripsi kolofon :
“Anglir
silem tembang madu gendhis, wiwitan kanen ingkang sangsa, Jumuwah wage dinane,
trus warna giri ratu, sangkalane ingkang winarni, nenggih ing wulan sapar,
tanggal wolu likur, taun Jimawal lumampah, sarta ingkang winarna sangkalaning
warsa, ingkang leres kaetang.”
Transliterasi :
Dibuka dengan tembang
Dandanggula, awalan yang baik, Jum’at wage harinya, trus warna giri ratu, itu
sengkalannya, jatuh pada bulan sapar, tanggal dua puluh delapan, tahun Jimawal
sedang berjalan, serta sengkalan tahun yang benar, yang benar terhitung.
“Jumat
wage, 28 Sapar Jimawal 1749 (Oktober 1821)”
Sangkala : trus warna giri ratu
9
4 7 1
Serat Babad Tanah Jawa
ditulis pada hari Jum’at wage, tanggal 28 bulan Sapar tahun Jimawal 1749
(Oktober 1821).
12. Serat
Babad Pacina
Judul
naskah : Babad Pacina
Nomor
Katalog : B 22 NN, Babad
Pacina, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN202 B22 SMP 63/5 (Katalog Nency).
Deskripsi kolofon :
“Giyuh
ing tyas nawung brangti, Dyan Bei Sasradipraja, kacaryan ing panedhake,
kagungan dalem srat babat, tinuju dinanira, ngakat pon kaping nem likur, wulan
sakban ing taun Dal.
Nagari
Surkarteki, julung wangi wuku nira, nuju dadi ro mangsane, windu adi
sinengkalan, wisaya swaranira, nenggih pandhitning ratu, pamurwaning lukita.”
Transliterasi :
Dari hati yan terdalam dalam
asmara, Dyan Bei sasradipraja, tertuangkan dalam tulisannya, mempunyai hajat
serat babad, menuju harinya, akad pon kedua puluh enam, bulan Syakban, di tahun
Dal.
Di Negeri Surakarta
ini, Julungwangi wukunya, menuji musim kedua, windu adi sengkalannya, wisaya
swaranira, nenggih pandhitaning ratu, pembukaan yang baik.
“Akad
pon, 26 Saban Dal 1775 ( 8 Agustus 1847)
Surakarta,
wuku Julungwangi, mangsa kaloro, windu Adi”
Sangkala : wisaya swaranira nenggih pandhitaning ratu
5 7 7 1
Babad Pacina ditulis di
Surakarta, pada hari Minggu Pon, tanggal 26 bulan Syakban, wuku Julungwangi,
musim kedua, tahun Dal, windu Adi 1775 (8 Agustus 1847).
13. Serat
Babad Sigaluh
Judul
naskah : Babad Sigaluh
Nomor
Katalog : B 24 a NN, Babad
Sigaluh, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN204 B24a SMP 52/5;R180/22
(Katalog Nency).
Deskripsi kolofon :
“Sekar
Mijil ingkang kinarya wit, gancaring cariyos, ing nalika wiwit panyurate,
apanuju ari Senen Legi Ping lima marengi, Pasa wulanipun.
Taun
edal sewu ingkang warsi, punujul wolung atus, tigang dasa sanga ing wor sae,
ingkang karya babukaning tulis, Sri Banjarsari,, kang jumenenge ratu.”
Transliterasi :
Tembang Mijil yang
tercipta, prosa yang bercerita, pada saat awal penulisannya, menuji hari Senin
Legi kelima, Puasa bulannya.
Tahun dal seribu
tahunnya, lebih delapan ratus, tiga puluh sembilan disatukan, yang berkarya
membuka penulisan, Sri Banjarsari, yang bertahta ratu.
“Senen
Legi, 5 Pasa Dal 1839 (20 September 1908)”
Serat Babad Sigaluh
ditulis pada hari Senin Legi, tanggal 5 bulan Puasa tahun Dal 1839 (20
September 1908).
14. Serat
Babad Adipati Terung
Judul
naskah : Babad Adipati
Terung
Nomor
Katalog : B 30 NN, Babad
Adipati Terung, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN258 B30 SMP 59/7;R180/35
(Katalog Nency).
Deskripsi kolofon :
“kadya
madu purwaning tulis, duk manurat wancinya jam astha, ing somanis arine, anuju
tanggalipun, kaping lima nenggih, marengi Sura wulanira, dene ingkang taun,
Jimakir ing taunira, sinengkalan Rasa obah esthi tunggil, punika panyeratinya.”
Transliterasi :
“Diawali dengan tembang
Dandanggula, ketika menulis menunjukkan jam 8, di Senin Legi (Somanis / Soma
Manis) harinya, menuju tanggalnya, kelima itu, bebarengan bulan Sura, sedangkan
tahunnya, Jimakir tahunnya, sengkalannya Rasa Obah Esthi Tunggil, demikianlah
penulisannya.
“Pukul
8 Soma Manis 5 Sura Jimakir 1866 (9 april 1935)
Sengkala : Rasa obah esthi tunggal
6
6 8 1
Babad Adipati terung
ditulis pada pulul 8, hari Senin Legi, tanggal 5 bulan Sura tahun Jimakir 1866
(9April 1935).
15. Serat
Sejarah mawi Piwulang
Judul
naskah : Sejarah mawi
Piwulang
Nomor
Katalog : B 42 NN, Sejarah
mawi Piwulang, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN239 B42 SMP 57/11 (Katalog
Nency).
Deskripsi
kolofon :
“Ing
Jumuwah Epon wanci enjing tanggal tiga welas wulan Besar, taun Be Adi windune,
Bah Pandhita Swara Ratu, sewu pitung atus pitungdesi, nenem ing langkungira,
kang ongka puniku, kresa angurut sejarah, methik urut pancer satunggil kinardi,
bissmilah hirohman.”
Transliterasi :
Pada hari Jum’at
diwaktu pagi tanggal tiga belas bulan Besar, tahun Be Adi windunya, Bah
Pandhita Swara Ratu, seribu tujuh ratus tujuh,
enam lebihnya, yang berangka itu, hendak mengurut sejarah, memetik
urutan pertama yang menjadi satu, Bismillah hirohman.
“Jumuwah
enjing, 13 Besar Be windu Adi 1776 (10 November 1848)
Sangkala : Bah pandhita swara ratu
6
1 7 1
Serat Sejarah mawi
Piwulang ditulis pada hari Jum’at pagi, tangga 13 bulan Besar tahun Be, windu
Adi 1776 (10 November 1848).
16. Babad
Kartasura
Judul
naskah : Serat Babad
Kartasura
Nomor
Katalog : B 21i NN, Serat
Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN229 B42 SMP 57/11
(Katalog Nency).
Deskripsi kolofon :
“sinekaran
roning kanal , dak kala awit tinulis , ri arbo pon dinanira, wuku sungsang kang
atampi, jumadilawal sasi, ping sangalas ing lekipun,taun dal sinengkalan tri
hastha pan saptaning rat (1783).”
Transliterasi
:
Sinekaran roning kanal,
dikala awal menulis, hari Rabu Pon harinya, wuku sungsang yang diterima, bulan
Jumadilawal, kesembilan belas, tahun dal bersengkalan tri hastha pan saptaning
rat (1783).
“Rabo
Pon, 19 Jumadilawal, wuku Sungsang Dal 1783.”
Sangkala : Tri hastha pan saptaning rat
3
8 7 1
Naskah Babad Kartasura
disalin pada hari Rabu Pon, wuku Sungsang, tanggal 19, bulan Jumadilawal, tahun
Dal 1783.
17. Babad
Kartasura
Judul
naskah : Serat Babad
Kartasura
Nomor
Katalog : B 21d NN, Serat
Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN199 B21d SMP 58/5
(Katalog Nency).
Deskripsi
kolofon :
“Wiwit Rabingulakhir Kaping :8.
Wiwit panyeratipun wulan Rabingulakir . Warsa je angka 1798. Rampung
panyeratipun madilawal kaping 23: warsa je angka 1798.”
Transliterasi :
Mulai Rabingulakir
kedelapan. Mulai menulis pada bulan Rabingulakir. Tahun Je angka 1798. Selesai
menulisnya pada Madilawal kedua puluh tiga : tahun Je angka 1798.
“
8 Rabingulakir Je 1798”
Serat Babad Kartasura
disalin pada tanggal 8, bulan Rabingulakir tahun Je 1798.
18. Serat
Sejarah Empu
Judul
naskah : Serat Babad
Kartasura
Nomor
Katalog : B 41 NN, Serat
Babad Kartasura, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN257 B41 SMP 59/6 (Katalog
Nency).
Deskripsi
kolofon :
“rikalanya winiwitan, sanedhak srat
Sajarah Hempu nujwa ri, Kemis kaping pitulas. Wulan Saban ing Warsa Jimakir,
sinangkalan Caturing wiwara, Pandhita kang hambeg Rajeng, ing Surakartanipun,
Hadiningrat ingkang Nagari,wau ingkang rinipta, urut-urutipun, ing purwa madya
wasana, purwanira ngandhap punika winarni, Hempu Dewa kang dadya.”
Transliterasi :
Pada waktu penyalinan
serat Sajarah Empu pada, kamis tanggal 17.
Bulan Sya’ban tahun
Jimakir, dengan sangkalan Caturing wiwaha,
Pandhita kang hambeg Rajeng, di Negara Surakarta Hadiningrat, semua
itu ditulis, tentang urut-urutannya, di awal tengah dan akhir, awalnya pada
cerita di bawah ini, yaitu tentang empu Dewa.
“di
Surakarta, Kamis, 17 Syakban Jimakir 1794 (4 Januari 1866)”
Sangkala : Caturing wiwaha Pandhita kang hambeg Rajeng
4 9 7 1
Serat Sejarah Empu
ditulis di Surakarta, pada hari Kamis tanggal 17 bulan Sya’ban tahun Jimakir
1794 (4 Januari 1866).
19. Serat
Babad Giyanti
Judul
naskah : Serat Babad
Giyanti
Nomor
Katalog : B 32f NN, Serat
Babad Giyanti, MS/J (katalog lokal Reksapustaka), MN209 B32f SMP 54/3 (Katalog
Nency).
Deskripsi
kolofon :
Dumugi semanten ingkang Serat –
Giyanti Sinerat tanggal kaping 20 wulan Sura Tahun Jimawal Angka 1829 Utawi
wulan Mei tahun: 1899.”
Transliterasi :
Sampai disini yang
Serat – Giyanti Ditulis tanggal ke 20 bulan Sura tahun Jimawal angka 1829 Atau
bulan Mei tahun 1899.
“20
Sura Jimawal 1829 (Mei 1899)”
Serat Babad Giyanti
ditulis pada tanggal 20 bulan Sura tahun Jimawal 1829 (Mei 1899).
20. Serat
Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter
Judul naskah :
Serat Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter
Nomor
Katalog : B10h NN, Serat
Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter, MS/J (katalog lokal Reksapustaka),
MN190 B10h SMP 56/3 (Katalog Nency).
Deskripsi
kolofon :
“Selasa
Legi tanggal ping kalih, wulan Muharram windu Sancaya, kerangan Sadha mangsane,
ing wuku Julungpujud, iku rasa swaraning ati, ing Surakarta tuwan juru-basa
nurun, serat babad ing Mataram, mung jinujug kala Jeng Pangeran Dipati,
hangkurug arsa budhal.”
Transliterasi :
Selasa Legi tanggal
kedua, bulam Muharram windu sancaya, musim Sadha, di wuku Julungpujud, itu rasa
swara hati, di Surakarta tuan juru-bahasa turun, serat Babad di Mataram, hanya
menuju kanjeng Pangeran Dipati.
“di
Surakarta, Selasa Legi, 2 Muharram mangsa sadha wuku Julungpujud windu Sancaya
1761 (21 Mei 1833)”
Sangkala : iku rasa swaraning ati
1 6 7 1
Serat Babad Mataram :
tumurunipun tuwan Winter disalin di Surakarta, pada hari Selasa Legi tanggal 2
bulan Muharram musim sadha wuku Julungpujud windu Sancaya 1761 (21 Mei 1833).
Penulisan
kolofon pada naskah satu dengan naskah yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan ini
dilihat dari unsur-unsur kolofon yang dituliskan oleh penyalin atau pengarang
naskah. Unsur-unsur kolofon yang terdapat pada 20 naskah kategori sejarah yang
sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta juga berbeda antara naskah satu dengan naskah yang
lainnya. Dari ke-20 naskah tersebut terdapat 4 naskah mengandung keterangan
jam, 16 naskah mengandung keterangan hari, 11 naskah mengandung keterangan
pancawara, 19 naskah mengandung keterangan tanggal, 20 naskah mengandung
keterangan bulan, 18 naskah mengandung keterangan tahun, 4 naskah mengandung
keterangan musim, 5 naskah mengandung keterangan wuku, 5 naskah mengandung
keterangan windu, 4 naskah mengandung keterangan tempat, 14 naskah mengandung
keterangan sengkalan, dan tidak ada naskah yang mengandung keterangan penyalin
atau pengarang. Jadi, unsur-unsur kolofon yang terdapat pada naskah kategori
sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum
Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta adalah keterangan jam, keterangan
hari, keterangan pancawara, keterangan tanggal, keterangan bulan, keterangan
tahun, keterangan musim, keterangan musim, keterangan wuku, keterangan windu,
keterangan tempat, dan keterangan sengkalan. Hampir seluruh naskah selalu
mencantumkan unsur keterangan hari, sengkalan, tanggal dan bulan dalam
kolofonnya. Dan hanya sedikit sekali naskah yang mencantumkan unsur keterangan jam,
musim, wuku, windu dan tempat dalam kolofonnya.
c.
Tahun
penulisan atau penyalinan naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada
nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
Umur
naskah pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog
B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta berkisar sekitar
100-200 tahun. Hanya saja ada satu naskah yang berumur dibawah 100 tahun yaitu
naskah “Babad Adipati Terung” yang
baru berumur 78 tahun. Naskah ini merupakan naskah termuda diantara ke-20
naskah yang ada. Sedangkan naskah yang tertua adalah naskah “Serat Babad Tanah Jawa”. Naskah ini
berumur hampir 200 tahun yaitu 192 tahun. Untuk naskah-naskah yang lain yaitu
berkisar antara 100-200 tahun. Jadi, penulisan atau penyalinan naskah-naskah ini dilakukan pada tahun 1821
sampai 1935 Masehi.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Dari
seluruh naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1
– B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta, terdapat 20 naskah
yang mengandung kolofon. Naskah-naskah tersebut yaitu Serat Ambya, Serat
Ajisaka Ngejawi, Serat Ajisaka, Serat Aji Pamasa, Babad Mataram, Babad Mataram,
Babad Mataram, Babad Madura, Babad Mojopait, Babad Kartosuro (B21b), Babad
Kartosuro (B21d), Babad Kartosuro (B21i), Babad Pacina, Babad Sigaluh, Babad Tanah
Jawi, Babad Tanah Jawa, Babad Giyanti, Sejarah Empu, Sejarah mawi Piwulang, dan
Babad Sedalu.
2) Unsur-unsur
kolofon yang terdapat pada naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi
pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta
adalah keterangan jam, keterangan hari, keterangan pancawara, keterangan
tanggal, keterangan bulan, keterangan tahun, keterangan musim, keterangan
musim, keterangan wuku, keterangan windu, keterangan tempat, dan keterangan
sengkalan.
3) Penulisan
atau penyalinan naskah-naskah kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada
nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta
dilakukan pada tahun 1821 sampai 1935 Masehi.
B. Saran
a. Hal-hal mengenai kolofon pada naskah
kategori sejarah yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum
Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta, perlu dikaji lebih lanjut dan disebar luaskah ke
masyarakat.
b. Perlu dilakukan kembali pengkajian
kodikologi khususnya kolofon pada naskah kategori sejarah
yang sudah ditranskripsi pada nomor katalog B1 – B50 di museum Reksapustaka
Pura Mangkunegaran Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Prof. Dra. Siti Baroroh
dkk.1994.Pengantar Teori Folologi.Yogyakarta
: Balai Pustaka Jogja.
P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan.
Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Mulyadi, Dr. Sri Wulan Rujiati.1994.Kodikologi Melayu di Indonesia.Depok :
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Florida,
Nancy K.2000.Javanese Literature in
Surakarta Manuscript.USA:Printed in the USA.
Katalog
lokal perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.
Sutardjo, Imam.2008.Kajian Budaya Jawa. Surakarta : Sastra
Daerah FSSR UNS.
Buku catatan harian mata kuliah
Kodikologi.
LAMPIRAN
Kolofon Serat
Ambya
Kolofon Babad
Madura
Kolofon Serat
Ajisaka
Kolofon Babad
Kartasura (B21d)
Kolofon Babad
Mojopahit
Kolofon Babad
Adipati Terung
Kolofon Babad
Sigaluh
Kolofon Babad
Kartasura (B21i)
Kolofon Babad
kartasura (B21b)
Kolofon Sejarah
Empu
Kolofon Babad
Giyanti
Kolofon Serat
Ajipamasa
Kolofon Serat Sejarah
mawi Piwulang
Kolofon Babad
Mataram (B10f)
Kolofon Serat
Babad Mataram : tumurunipun tuwan Winter
Garapanmu elok lho Ndhuk, mesthi wingi lulus cumlaude (y)
BalasHapus