Wilayah
kebudayaan Jawa Timur yaitu Jawa Mataraman, Jawa Panaragan, Arek, Samin
(Sedulu Sikep), Tengger, Osing (Using), Pandalungan, Madura Pulau,
Madura Bawean, dan Madura Kangean. Kesepuluh wilayah tersebut tentu
memiliki keunikan tersendiri, corak budaya yang berbeda dan kearifan
lokal yang akan membangun Jawa Timur menjadi salah satu dari sekian ribu
kawasan di Indonesia yang sangat eksotis, serta membangun masyarakat
Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Wilayah
kebudayaan Jawa Mataraman memiliki corak kebudayaan yang hamper sama
dengan yang ada di wilayah Yogyakarta dan Surakarta atau corak
kebudayaan dari Kerajaan Mataram. Pola kehidupan masyarakatnya juga
sangat mencerminkan kehidupan masyarakat jawa mataram. Bahasa yang
digunakan masyarakat wilayah ini juga sangat mataram, walaupun tingkat
kehalusan berbeda dengan masyarakat yang ada di Yogyakarta dan
Surakarta, namun pada dasarnya mereka memiliki satu garis leluhur yang
sama. Cara bercocok tanam dan sistem sosial masyarakat jawa mataraman
juga tidak jauh beda dengan wilayah mataram di jawa tengah. Begitu pula
dengan selera kesenian yang sangat bercorak mataram, banyak jenis
kesenian seperti ketoprak, wayang purwa, campur sari, tayub, wayang
orang, dan berbagai tari yang berkait dengan keraton seperti tari Bedoyo
Keraton. Wilayah yang tercakup dalam Jawa Mataraman yaitu masyarakat
yang tinggal di wilayah Kabupaten Ngawi, Kabupaten dan Kota Madiun,
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten dan Kota Kediri,
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten dan Kota Blitar,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten
Bojonegoro. Namun masih perlu dipertanyakan jika Lamongan dan
Bojonegoro termasuk dalam wilayah kebudayaan ini, karena dari segi
bahasa menurut saya sangat berbeda. Ini semua masih butuh penelitian
yang lebih lanjut agar dapat dipastikan cakupan wilayah kebudayaan Jawa
Mataraman.
Wilayah
Jawa Panaragan merupakan masyarakat daerah Ponorogo. Wilayah kebudayaan
disini secara cultural terkenal dengan masyarakat yang sangat
menghormati tokoh-tokoh formal yang mereka kenal sebagai pangreh praja,
tetapi tokoh-tokoh seperti warok dan ulama juga menjadi tokoh penting
dalam masyarakat Panarangan. Jenis kesenian wilayah ini sangat terkenal
di Indonesia bahkan dunia, serta sempat diklaim sebagai kebudayaan
sebuah negara di Asia yang secara garis kebudayaan memang masih serumpun
yaitu melayu. Jenis kesenian tersebut yaitu Reog Ponorogo, juga
beberapa kesenian lain seperti lukisan kaca dan tayub ponorogo. Pada
wilayah ini juga masih butuh penelitian lebih lanjut, mengapa daerah ini
tidak masuk dalam wilayah Jawa Mataraman? Melihat kondisi geografis
wilayah ini diapit oleh daerah dengan kebudayaan Jawa Mataraman, seperti
Pacitan, Magetan, Madiun, dan Kediri.
Wilayah
Arek merupakan wilayah kebudayaan yang cukup dikenal dan dapat dikatakan
sebagai ciri khas Jawa Timur. Masyarakat wilayah ini dikenal memiliki
semangat juang yang tinggi, terbuka terhadap perubahan masa, dan mudah
beradaptasi. Bondo nekat menjadi ciri khas komunitas ini.
Perilaku tersebut bisa sangat positif hingga munculnya sifat patrotik ya
sangat luar biasa, namun bisa menjadi sangat destruktif apabila tidak
ada kontrol dari masyarakat itu sendiri. Surabaya dan Malang menjadi
pusat kebudayaan Arek. Kedua kota besar ini menjadi pusat kebudayaan
Arek karena kondisi sosial masyarakatnya yang begitu komplek dan
heterogen, bisa dikatakan menjadi pusat bidang pendidikan, ekonomi, dan
parawisata di Jawa Timur. Terutama pada kota Surabaya yang menjadi
tempat yang nyaman bagi segala kebudayaan yang datang bersinggah di Jawa
Timur. Kesenian tradisional (rakyat) yang banyak berkembang di sini
adalah Ludruk, Srimulat, wayang purwa Jawa Timuran (Wayang Jek Dong),
wayang Potehi (pengaruh kesenian China), Tayub, tari jaranan, dan
berbagai kesenian bercoral Islam seperti dibaan, terbangan, dan
sebagainya. Sikap keterbukaan, egalitarian, dan solidaritas yang tinggi
membuat semua jenis kesenian bisa hidup di wilayah ini seni rupa
berbagai jenis, gaya, dan aliran mampu berkembang pesat di wilayah
kebudayaan Arek, begitu juga dengan seni kontemporer, sastra, tari, dan
teater yang menjadi warna tersendiri pada kebudayaan Jawa Timur. Wilayah
kebudayaan Arek meliputi Surabaya, Malang, Mojokerjo, Gresik, Sidoarjo.
Wilayah
kebudayaan Samin merupakan wilayah dengan populasi yang semakin sedikit
keberadaannya. Masyarakat Samin sangat unik, mereka paling anti dengan
yang namanya penjajahan dan bersikap jujur merupakan harga mati bagi
mereka. Masyarakat komunitas Samin menganggap manusia yang baik adalah
manusia yang kata dan perbuatannya sama. Wilayah kebudayaan Samin
berpusat di Blora Jawa Tengah, namun persebarannya hinggi mencakup Jawa
Timur, yaitu Bojonegoro. Wilayah ini masih butuh banyak
penelitian-penelitian yang lebih akurat, karena melihat kondisinya yang
semakin tersingkir oleh jaman, sudah sepatutnya kita turut menjaga dan
melestarikan wilayah ini sebagai warisan leluhur yang tentu sangat
bermanfaat untuk membangun Indonesia dan Jawa Timur pada khususnya.
Wilayah
kebudayaan Madura pulau dikenal sebagai komunitas dengan keuletan dan
ketangguhannya. Jiwa penjelajahnya begitu terkenal hampir serupa dengan
masyarkat bugis dan minangkabau. Kondisi tanah yang kurang subur
menyebabkan mereka harus melakukan tindakan lain selain bertani. Garam
menjadi komoditi utama masyarakat Madura dalam bidang perekonomian.
Agama Islam menjadi hal yang paling mendasari mereka dalam bertindak dan
bersikap. Seperti halnya Ponorogo, kiai menjadi tokoh yang sangat
berpengaruh dalam masyarakat. Sistem pendidikan pesantren semakin
membuat tokoh agama seperti kiai ini sangat berperan dalam segala bidang
kehidupan masyarakat Madura. Kesenian yang berkembang di wilayah ini
banyak diwarnai nilai Islam. Mulai dari tari Zafin, Sandur, Dibaan,
Topeng Dalang (di Sumenep), dan sebagainya. Karya sastra bernuansa Islam
juga sangat mewarnai kebudayaan masyarakat Madura. D. Zawawi Imron
merupakan kiai sekaligus maestro sastra Indonesia juga berasal dari
pulau garam ini. Bahasa Madura memiliki keunikan tersendiri di Jawa
Timur. Ragam Bahasa Madura sangat berbeda dengan apa yang ada kebanyakan
di Jawa Timur. Masyarakat kebudayaan ini juga berhubungan dengan
masyarakat Madura Bawean dan Kangean yang pada dasarnya merupakan
kebudayaan Madura, namun memiliki perbedaan diantara mereka, yang itu
masih perlu penelusuran lebih lanjut.
Wilayah
kebudayaan Pandalungan merupakan masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir pantai utara Jawa Timur Bagian timur, seperti Pasuruan,
Probolinggo, Lumajang, Jember, Sitobondo, dan Bondowoso. Sebagian besar
masyarakat wilayah ini memilih untuk bercocok tanam dan sebagai nelayan.
Masyarakat wilayah ini sangat dipengaruhi oleh budaya Madura. Corak
mataraman dan Pandalungan mewarnai kesenian pada wilayah ini, dengan
corak keislaman yang begitu kuat dalam setiap kesenian yang ditawarkan.
Ada hal unik dalam kebahasaan masyarakat Pandalungan, apabila kita
bertemu dengan kawan yang berasal dari Pandalungan kita akan mengira
mereka adalah orang Madura, terlihat dari bahasa mereka, padahal mereka
bukan orang Madura, bahasa mereka lebih condong ke bahasa jawa, namun
dengan dialek Madura yang sangat kuat. Merekapun tidak mau disebut orang
Madura, karena mereka punya kebudayaan tersendiri, walaupun masih
mendekati kesamaan dengan wilayah Madura.
Wilayah
kebudayaan Osing merupakan wilayah yang cukup khas di Jawa Timur.
Terletak di daerah kabupaten Banyuwangi, terutama di wilayah yang
berdekatan dengan Bali. Masyarakat Osing begitu rajin dalam hal
pertanian dan memiliki bakat seni yang luar biasa. Kesenian masyarakat
ini perpaduan budaya Jawa dan Bali, serta pengaruh Pandalungan juga
begitu terlihat karena mobilitas sosial wilayah ini juga berhubungan
dengan wilayah Pandalungan. Wilayah masyarakat Osing ada kesenian
Gandrung Banyuwangi yang begitu terkenal di Jawa Timur, sekaligus
Indonesia pada umumnya, lalu Kentrung, dan Burdah (Gembrung).
Wilayah
kebudayaan Tengger mencakup wilayah Tengger Bromo, Probolinggo.
Masyarakat ini sangat terkenal dengan tradisinya yang masih sangat
terjaga. Nilai-nilai kerajaan Majapahit masih sangat melekat dalam tiap
tindakan masyarakat Tengger. Animisme dan Hindu juga tetap hidup dalam
wilayah ini. Ucapara Kasada merupakan ritual adat yang paling terkenal
di masyarakat Tengger. Bertani dan menikmati hasil hutan merupakan objek
bergantungnya kehidupan masyarakat Tengger. Wilayah ini juga merupakan
objek wisata yang sangat dirindukan oleh banyak wisatawan lokal dan
asing.
Itulah
kesepuluh wilayah kebudayaan Jawa Timur yang masing-masing memiliki cira
khas dan keunikan tersendiri yang tentunya dapat kita manfaatkan untuk
kehidupan kita sehari-hari. Data di atas jauh dari kata sempurna, namun
data tersebut bisa sedikit memberikan gambaran kepada kita apa itu Jawa
Timur. Penelitian-penelitian kebudayaan masih sangat dibutuhkan untuk
mengungkap segalanya tentang Budaya Jawa Timur. Indonesia begitu kaya
dengan segala kearifan lokalnya yang seharusnya bisa membuat bangsa ini
menjadi negara super power tentunya bukan karena militernya
seperti halnya Amerika, juga bukan karena perekonomiannya seperti China,
apalagi perpolitikannya, Indonesia negara adidhaya dengan senjata
Budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar